Sabtu, 13 Desember 2014

TRANSPORTASI PERAIRAN SUKU KLUET DARI BEPERGIAN SAMPAI BERNIAGA


Sebagaimana juga masyarakat Indnesia yang lainnya, masyarakat adat di daerah Aceh terutama Aceh selatan (suku Kluet), dalam melengkapi kebutuhan hidupnya selalu menjaga keseimbangan antara alam benda dan alam manusia. Maka segala keseimbangan antara alam lingkungan dimanfaatkan untuk mengisi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Dalam penghidpan manusia biasanya perlu memenuhi kebutuhan jasmaninya. Tanpa barang-barang orang tak mungkin merawat kehidupan jasmaninya. Ia akan sakit atau mati. Kerja adalah sumber penghidupan. Penghidupan adalah untuk merawat kehidupan.
Oleh karena itu, manusia harus mampu dan sanggup mengolah benda-benda alam itu untuk keperluannya sendiri. Demikian juga dalam sistem teknologi dan perlengkapan hidup masyarakat adat Aceh, terutama suku Kluet, mereka sering berorientasi dengan benda-benda alam lingkungannya, sejak dari alat-alat kuno hingga kepada alat-alat modern, sehingga kebutuhan hidupnya selalu harus dapat dipersiapkan menurut perkembangan zaman.
Alat-alat distribusi dan transportasi sudah banyak digunakan alat modern yang memaki mesin, kereta api, auto bis, mobil, vespa, Honda, dan jenis-jenis kendaraan bermotor roda dua lainnya. Alat-alat pengangkutan di laut, perahu motor, boot, dan sampan-sampan besar yang menggunakan mesin tempel. Alat-alat transportasi perairany yang biasa digunakan suku Kluet, atau pada umumnya masyarakat adat Aceh ialah jaloo kawee atau sampan pancing, peurahu, tungkang atau perahu tongkang, dan lain-lain.
Kebanyakan, alat-alat transportasi tersebut digunakan untuk berpergian dari desa satu ke desa lainnya, dari kecamatan satu ke kecamatan lainnya. Misalnya Jaloo kawee. Sampan sebenarnya digunakan untuk memancing, namun juga dipergunakan untuk bepergian dari kampung satu ke kampung lainnya di tepi pantai Aceh Selatan.
Alat-alat transportasi juga digunakan untuk pendistribusian barang, misalnya hasil bumi dan produk-produk kerajinan khas Kluet. Ada pula yang secara khusus digunakan untuk menangkap ikan (jarang digunakan untuk alat transportasi), misalnya peuraho (perahu) yang digunakan masyarakat pesisir Aceh Selatan untuk menangkap ikan di laut.
Ada lagi tungkang (tongkang) merupakan sejenis perahu besar. Dalam pelayaran memakai layar di muka dan di belakang. Di dalamnya diperlengkapi tempat perlindungan berbentuk rumah, cukup dengan dapur, tempat barang-barang kamar mandi, tempat tidur, dan sebagainya. Sehingga dapat berlayar berbulan-bulan di laut sesuai dengan banyaknya persediaan bahan makanan.
Profesi nelayan, bagi suku Kluet, menjadi mata pencarian populer kedua setelah pertanian. Kondisi geografis menyebabkan keragaman jenis profesi tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar