Arus
dunia adalah arus kelahiran dan kematian. Semua yang pernah dilahirkan
akan mengalami kematian. Indra, pikiran, dan emosi kita pernah
dilahirkan, dan karenanya akan musnah dalam waktu.
Dengan
indranya, orang mampu menikmati keindahan di “dunia luar.” Orang bisa
menikmati keindahan sekuntum bunga, pemandangan di gunung atau pantai,
misalnya. Namun berhentinya indra luar, membuat tubuh rohani mampu
menangkap Keindahan di “dunia dalam.” Kualitas Keindahan di dalam jauh
lebih kuat daripada keindahan di luar. Keindahan di dalam bisa
memengaruhi keindahan di luar, tapi keindahan di luar tak bisa
mempengaruhi Keindahan di dalam. Yang di dalam bisa sama dengan yang di
luar, tetapi yang di luar tidak sama dengan di dalam.
Dengan
pikirannya, orang menjalani hidup sehari-hari. Pikiran itu menilai,
mengadili, mengharuskan, memilah-milah, membanding-bandingkan,
membenarkan, menyalahkan, merumuskan, memvisualisasi, berimajinasi,
berasosiasi, dan seterusnya. Roda
pikiran tak akan bisa bergerak kalau tidak ada kesadaran. Namun,
kesadaran bekerja tidak tergantung pada pikiran. Pikiran yang
menggerakkan hidup menjadikan kehidupan miskin dan tidak dalam. Pikiran,
betapa pun dahsyat dan berguna bagi kehidupan, hanya sebagian kecil yang menjadi energi kehidupan.
Dengan
emosinya, orang mampu mengalami suka dan duka, konflik dan damai, kuat
dan lemah, sehat dan sakit. Emosi menenggelamkan orang ke dalam arus
dunia. Di tengah konflik hidup, kadang kala orang mengalami damai,
ketenangan, dan cinta. Itu semua bersumber dari dalam. Namun begitu
menjadi pengalaman, pikiran mengulang-ulang sebagai ingatan masa lalu
dan menimbulkan kesenangan dan kepuasan.
Sedangkan
untuk bisa memandang Yang Tak Terlihat, orang mesti ke luar dari arus
dunia. Roh Kebenaran datang ketika arus dunia dalam diri kita berhenti;
ketika indra, pikiran, dan emosi yang bergerak terpecah-pecah berhenti.
Orang begitu mudah mengidentikkan diri dengan indra, pikiran, dan
emosinya. Maka, berlatih melepaskan diri dari dominasi arus indra,
pikiran, dan emosi akan menolong orang untuk menyentuh tubuh rohani di
dalam.
Hidup
dalam Kebenaran adalah cara hidup di mana poros kehidupan sehari-hari
berada di luar arus dunia. Roh Kebenaran sendirilah yang menjadi
porosnya. Roh Kebenaran bekerja setiap saat di luar waktu. Ia bukan
kenangan masa lalu yang bisa dihadirkan berulang-ulang. Ia bukan pula
harapan dari masa depan. Yang bisa diharapkan dari masa depan hanyalah
proyeksi pikiran. Roh Kebenaran merupakan realitas sekarang dan bergerak
dari saat ke saat.
0 komentar:
Posting Komentar