Indonesia
merupakan Negara Kepulauan yang kaya budaya, termasuk dalam menyambut
datangnya hari kemenangan Umat Islam pada 1 Syawal. Salah satu tradisi
yang masih berlangsung dalam penyambutan Idul Fitri tersebut adalah
Grebeg Syawal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Grebeg Syawal merupakan
salah satu dari tiga Grebeg yang dilaksanakan Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat dalam satu tahun. Grebeg pertama adalah Grebeg Mulud yang
dilaksanakan pada Maulid Nabi. Grebeg Kedua adalah Grebeg Syawal.
Sedangkan grebeg ketiga adalah Grebeg Besar pada Hari Raya Idul Adha.
Dimana berdasarkan catatan sejarah, Upacara Grebeg ini pertama kali
diperkenalkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I saat keluar istana
membagikan gunungan kepada rakyatnya. Kemudian upacara tersebut dilangsungkan turun temurun sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah SWT dan Hajad Dalam atau sedekah serta kedermawanan Sultan kepada rakyatnya.
Grebeg Syawal dilaksanakan setelah Shalat ‘Ied di sekitar Alun-alun Utara Keraton. Gunungan Lanang yang
akan di arak dari Pagelaran Keraton menuju halaman Masjid Agung Kauman
berisi aneka hasil bumi yang disusun membentuk kerucut raksasa. Ketika Gunungan Lanang muncul
dari dalam keraton, akan disertai tembakan salvo dari prajurit.
Arak-arakan tersebut tidak hanya menarik perhatian masyarakat setempat,
akan tetapi juga menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara.
Setibanya di halaman masjid, Gunungan Lanang didoakan penghulu masjid untuk kesejahteraan rakyat dan keraton. Dengan demikan, Gunungan Lanang ini dipercaya membawa keberuntungan dan keberkahan bagi siapa saja yang berhasil mendapatkannya.
Foto: travel.detik.com
Bagian utama dari Upacara Grebeg Syawal adalah penglepasan Gunungan Lanang yang selanjutnya diperebutkan oleh rakyat. Ketika rakyat sedang berusaha memperebutkan Gunungan Lanang, pihak Keraton menggelar Upacara Ngabekten Sungkeman Abdi Dalem Kakung. Tradisi ini sama seperti tradisi sungkeman pada umumnya, tetapi yang dilibatkan adalah kerabat keraton, bupati, dan walikota di Provinsi DIY untuk sungkem kepada Sri Sultan Hamengkubuwono.
0 komentar:
Posting Komentar