Kamis, 11 Desember 2014

Museum Balla Lompoa

3_1400648713.jpg
Balla Lompoa artinya ‘rumah besar’. Bangunan Museum Balla Lompoa mencerminkan rumah besar yang menjadi istana tempat tinggal ‘orang besar’, yaitu raja-raja Gowa dan keluarganya. Istana Balla Lompoa dibangun pada tahun 1935 dan diresmikan sebagai museum pada tanggal 6 Januari 1980. Pendiri rumah Balla Lompoa adalah I Mangngi Mangngi Daeng Matutu Karaeng Bontonompu Sultan Muhammad Thahir Muhibuddin Tumenengari Sungguminasa, raja ke-35 Kerajaan Gowa.
Ruangan pertama Museum Balla Lompoa adalah lobby merangkap toko souvenir yang menjual berbagai macam cinderamata khas Sulawesi Selatan. Ruangan kedua menampilkan singgasana raja, alat perang seperti tombak dan meriam kuno, payung lalong sipue (payung yang digunakan oleh raja ketika pelantikan), silsilah keluarga Kerajaan Gowa. Ruangan ketiga menyimpan berbagai peralatan rumah tangga yang terbuat dari kuningan, alat musik tradisional seperti gong, kecapi, suling, pui-pui, dan gendang, serta pakaian adat pengantin suku Makassar, buju bodo dan aksara lontara, yaitu aksara khas masyarakat Makassar.
Koleksi utama Museum Balla Lompoa adalah mahkota raja yang terbuat dari emas bertabur 250 batu permata, dengan bobot lebih dari 1 kilogram. Mahkota ini tersimpan di salah satu kamar yang disebut kamar kallompoang (kamar besar). Benda-benda lain yang terdapat di ruangan yaitu keris emas, gelas emas berkepala naga (ponto janga-jangaya), kalung kebesaran (kolara), anting-anting emas murni (bangkarak ta’roe), kancing emas (kancing gaukang) dan kitab Al-Quran yang ditulis tangan pada tahun 1848.

0 komentar:

Posting Komentar