Oeang Repoeblik Indonesia Daerah Banten (ORIDAB)
Kedatangan
Belanda ke Nusantara yang semula untuk mencari sumber rempah-rempah,
berubah menjadi keinginan untuk menguasai. Sikap Belanda yang tidak
hanya ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah tetapi juga ingin
menguasai Nusantara, mendorong timbulnya perselisihan antara Belanda
dengan pribumi yang memunculkan pertempuran di beberapa wilayah di
Nusantara. Beratus-ratus tahun pejuang pribumi pantang menyerah berusaha
mengusir Belanda dari Nusantara, termasuk Banten.
Kolonialisme
telah menyebabkan krisis di segala aspek kehidupan. Bahan pokok sebagai
kebutuhan sehari-hari semakin sulit didapat sehingga menimbulkan krisis
pangan, krisis keuangan, dan moneter. Untuk mengatasi masalah kebutuhan
pokok, peran pedagang daerah yang menyelundupkan bahan kebutuhan
sehari-hari sangat membantu penduduk setempat. Untuk mengatasi masalah
keuangan dan moneter, Karesidenan Banten mengeluarkan uang sendiri, yang
dikenal dengan ORIDAB (Oeang Repoeblik Indonesia Daerah Banten) yang
dicetak di Serang.
Mata
uang selain sebagai alat tukar, mencerminkan identitas ekonomi dan
mempunyai nilai tersendiri bagi masyarakat pemakainya. Terlepas dari
latar belakang pembuatan mata uang, kondisi tersebut telah memunculkan
kreativitas meskipun pada masa-masa yang sulit. Keterbatasan tampaknya
bukan menjadi kendala untuk berekspresi. Kemampuan seniman ORIDAB dalam
mengekspresikan lingkungan Banten pada masa itu dapat dilihat di semua
tipe ORIDAB. Gambar padi, kapas, pohon pinang, buah nanas, dan rambutan
memperlihatkan beberapa keanekaragaman flora di daerah Banten. Jenis
fauna yang muncul pada ORIDAB adalah burung, keong, dan ular.
Sebagaimana
diketahui, Pulau Burung yang terletak di sebelah utara Banten Lama
sudah termasyur sejak dulu. Pulau tersebut dihuni jutaan ekor burung
sehingga pulau tersebut dinamakan Pulau Burung. Adapun ular tanah di
daerah Banten merupakan spesies ular yang jarang dijumpai di daerah
lain. Sisi lain kehidupan masyarakat Banten terlihat pada gambar Masjid
Agung Banten beserta menaranya. Secara implisit gambar tersebut
menunjukkan bahwa Banten sejak dulu kental dengan kehidupan agamis dan
budaya santrinya. ORIDAB dikeluarkan dalam nominal 1 Rupiah, 5 Rupiah,
10 Rupiah, 25 Rupiah, dan 50 Rupiah. Mata uang 1 Rupiah, 5 Rupiah, 10
Rupiah, dan 25 Rupiah dikeluarkan di Serang, 15 Desember 1947. Adapun
mata uang 50 Rupiah dikeluarkan di Serang, 11 Agustus 1948.
ORIDAB
1 Rupiah dibuat dari bahan kertas, berwarna dasar coklat muda,
berukuran 13 cm x 6,5 cm. Bingkai dan gambarnya didominasi warna merah
muda, sedangkan angka dan huruf berwarna hitam. Pada sisi depan mata
uang di bagian tengah atas terdapat tulisan REPUBLIK INDONESIA dan
tulisan SATU RUPIAH di bagian tengah bawah. Di antara tulisan tersebut
terdapat gambar padi dan kapas yang melingkari gambar senapan, cangkul,
dan palu. Sedangkan sisi belakang mata uang ini di bagian tengah
terdapat gambar dua pohon pinang yang mengapit peringatan hukuman bagi
pemalsuan mata uang.
ORIDAB
5 Rupiah dibuat dari bahan kertas, berwarna dasar putih, berukuran 14
cm x 7,5 cm. Bingkai dan gambar pada mata uang ini didominasi warna
hijau, sedangkan tulisan berwarna hitam. Sisi depan mata uang tipe ini
terdapat tulisan REPUBLIK INDONESIA dan LIMA RUPIAH di bagian tengah
atas. Tulisan UANG KERTAS DARURAT DAERAH BANTEN membingkai setengah
lingkaran gambar pintu gerbang bentar, nomor seri, serta tulisan TANDA
PEMBAJARAN JANG SAH. Sisi belakang mata uang didominasi gambar padi,
burung, dan angka 5.
ORIDAB
10 Rupiah berbahan kertas, berwarna dasar putih, berukuran 15,5 cm x 8
cm. Bingkai, gambar dan tulisan didominasi warna hijau. Sisi depan mata
uang ini terdapat tulisan REPUBLIK INDONESIA dan UANG KERTAS DARURAT
UNTUK DAERAH BANTEN. Di bagian tengah terdapat gambar kubah yang
melingkupi Masjid Agung Banten beserta menara dan tiamah. Di kanan –
kiri kubah terdapat gambar keris, buah nanas, senjata semacam gada, dan
buah rambutan. Pada sudut kiri dan kanan bagian atas terdapat gambar
burung. Adapun sisi belakang terdapat angka 10 serta peringatan hukuman
bagi pemalsuan mata uang.
ORIDAB
25 Rupiah berbahan dasar kertas berwarna putih, berukuran 14 cm x 7,5
cm. Bingkai, gambar, dan tulisan berwarna merah. Sisi depan mata uang
terdapat tulisan REPUBLIK INDONESIA dan UANG KERTAS DARURAT UNTUK DAERAH
BANTEN TANDA PEMBAJARAN JANG SAH. Di bagian tengah terdapat angka 2 dan
5 yang mengapit gambar gada dan keris serta tulisan DUA PULUH LIMA
RUPIAH. Gambar dan tulisan tersebut diapit oleh gambar pintu gerbang
bentar dan Masjid Agung Banten lengkap dengan menara dan tiamah. Sisi
belakang mata uang terdapat gambar keong dan burung, serta peringatan
hukuman untuk pemalsuan uang.
ORIDAB
50 Rupiah dibuat dari bahan kertas, berbahan dasar putih, berukuran 15
cm x 8,3 cm. Gambar dan tulisan didominasi warna merah dan hitam. Sisi
depan mata uang terdapat tulisan REPUBLIK INDONESIA dan UANG KERTAS
DARURAT UNTUK DAERAH BANTEN TANDA PEMBAJARAN JANG SAH. Di bagian tengah
terdapat angka 50 dan tulisan LIMA PULUH RUPIAH. Angka dan tulisan
tersebut diapit gambar pintu gerbang bentar dan Masjid Agung Banten
lengkap dengan menara dan tiamah. Di bagian bawah terdapat gambar
unggas. Adapun sisi belakang mata uang terdapat gambar ular serta
peringatan hukuman bagi pemalsuan mata uang.
0 komentar:
Posting Komentar