Semula
masjid didirikan di Desa Segimbar kemudian dipindahkan ke tempat
sekarang, yakni di Dusun Kampung Koto, Desa Setangkai Payung Ulakang,
Kecamatan Ulakan Tapakis, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Masjid
dibangun oleh Syekh Burhanuddin secara sederhana, berukuran kecil, atap
rumbia, dan dari bahan kayu sekitar abad ke-17. Setelah Syekh
Burhanuddin meninggal, masjid diperluas kemudian bentuk serta bahan
bangunannya mengalami perubahan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
pada masa itu.
Syekh
Burhanuddin atau Buyung Panoeh merupakan anak dari Pampak Sakti Karimun
Merah (Suku Koto) dan Cukuik Bilang Pandai (Suku Guci). Beliau
merupakan seorang ulama penyebar agama islam di Sumatera Barat yang
berguru pada ulama besar bernama Tuanku Yahyudin, seorang pedagang dari
Hadramaut yang dikenal sebagai Syeikh Madinah, murid Syekh Ahmad
Qushashi dari Madinah al-Munawaroh. Beliau juga belajar syariat islam
kepada Sykeh Abdurrauf al-Fansuri yang lebih dikenal dengan nama Teungku
Syiah Kuala di Aceh. Selanjutnya beliau mendalami ilmu agama di bidang
tasauf yang bernama Thariqat Syatariah.
Masjid
Syekh Burhanuddin berdenah persegi dan memiliki dua pintu masuk di
halaman sebelah timur. Bentuk atapnya tumpang tiga dari bahan seng dan
memiliki lima buah kubah. Satu kubah terletak di atas atap tumpang tiga,
dua buah kubah terletak di menara, satu buah di atas serambi, dan satu
buah lagi di atas mihrab. Pada tahun 1976 pernah dilakukan pemugaran
atap masjid, tetapi tetap mempertahankan bentuk aslinya. Untuk memasuki
bangunan masjid, terdapat dua pintu utama yang terletak di kanan dan
kiri serambi.
Bangunan
serambi berbentuk segi enam dengan dua lantai, terletak di bagian
depan, dan menjorok keluar dari bangunan utama. Dinding terbuka serambi
dihiasi pilar yang dihubungkan dengan lengkungan berbentuk setengah
lingkaran di bagian atasnya. Terdapat tangga kayu dengan delapan anak
tangga di sisi utara masjid untuk naik ke lantai kedua. Lantai dua di
bagian luar diberi tempat berjalan yang dipagari di sisi luarnya. Atap
kubah serambi terbuat dari sirap seng seperti sisip ikan.
Masjid
memiliki dua buah menara di sisi utara dan selatan masjid. Menara
berbentuk segi delapan terbuat dari beton, berdiri di atas tapak segi
enam. Atap menara masjid ini disangga oleh delapan pilar. Di bagian
utara dan selatan ruang utama juga terdapat teras yang disekat menjadi
kamar. Bagian utara berfungsi sebagai kamar guru sedangkan di bagian
selatan berfungsi sebagai kamar garin atau penjaga masjid. Di luar sisi
teras dihiasi dengan 30 pilar yang dihubungkan dengan lengkungan
setengah lingkaran pada bagian atasnya.
Memasuki
ruang utama masjid, terdapat lima buah pintu di sisi timur dan empat
buah masing-masing di sisi utara dan selatan. Sedangkan enam buah
jendela semuanya terletak di sisi barat. Dinding ruang utama merupakan
susunan bata yang diplester semen, dimana bagian bawah dilapisi keramik
dan bagian tengah (di atas ambang pintu) dihiasi motif daun dan
kaligrafi. Di tengah ruang utama terdapat pilar utama dengan tinggi
sekitar 5 meter sampai ke plafon dan dikelilingi pilar tambahan 12 buah
di sekelilingnya. Antara pilar tambahan dihubungkan dengan lengkungan
setengah lingkaran pad bagian atasnya. Pilar tambahan lain berjumlah
delapan buah terletak di dekat dinding barat ruang utama, yakni dekat
mihrab. Mihrab masjid berada di sisi barat menjorok keluar dan memiliki
dua buah jendela di sisi utara dan selatan.
Pada
sisi barat bagian tengah antara pilar tambahan dengan pilar dekat
mihrab berdiri mimbar permanen. Mimbar berbentuk persegi dan melebar di
bagian depan. Bagian depan berbentuk gapura dengan dua tiang di sebelah
kiri dan kanannya. Tiang tersebut dihiasi motif kerawang bunga. Bagian
belakang atap berkubah disangga empat buah tiang. Mimbar memiliki lima
anak tangga dihiasi porselin dengan motif bunga dan geometris. Selain
menara dan bangunan induk masjid, terdapat tempat wudhu dan sebuah makam
di sisi utara serta dua buah makam di sisi selatan.
0 komentar:
Posting Komentar