Pada
relief ini terdapat lukisan cerita hewan atau fabel yang dikenal dari
Pancatantra atau jataka. Cerita lengkapnya disajikan di bawah ini. Namun
cerita yang disajikan di bawah ini agak berbeda versinya dengan lukisan
di relief ini:
“Ada
kura-kura bertempat tinggal di danau Kumudawati. Danau itu sangat
permai, banyak tunjungnya beraneka warna, ada putih, merah dan (tunjung)
biru.
Ada
sepasang suami-istri angsa jantan dan betina, berkeliaran mencari makan
di danau Kumudawati yang asal airnya dari telaga Manasasara.Adapun nama
angsa itu, si Cakrangga (nama) angsa jantan, si Cakranggi (nama) angsa
betina. Mereka itu bersama-sama tinggal di telaga Kumudawati. Angsa
tersebut berteman dengan Kura-Kura. Terpengaruh pergantian musim, danau
tersebut kadang menyusut, kadang melimpah airnya. Kala air melimpah
mereka bersuka ria. Kala air menyusut mereka menderita, bahkan cemas
bila mengering kolamnya.
Kedua
angsa berkata bahwa mereka sudah bosan mengalami suka dan duka yang tak
ada habisnya. Yang mungkin akan dialami mereka sepanjang hidupnya,
sampai ajal menjemput mereka. Kedua angsa baru saja mendengar berita
gembira. Seekor burung bijaksana berkata bahwa di puncak gunung ada
sebuah telaga yang bernama “Telaga Kebahagiaan” dengan mata air yang tak
ada habisnya. Kedua angsa bertekad bulat akan terbang menuju “Telaga
Kebahagiaan” yang dapat membahagiakan mereka selamanya. Kura-kura
tertarik dan berniat ingin ikut bersama angsa. Mereka berupaya mencari
jalan keluarnya, dan sebuah ide cerdas diajukan Sang Kura-Kura yaitu
dengan cara kedua angsa mencengkeram sepotong kayu pada ujung-ujungnya,
dan Sang Kura-Kura menggigit di tengahnya. Kedua angsa menyetujuinya dan
berpesan agar kura-kura selalu waspada, karena lengah sedikit saja,
bahaya besar akan menimpanya. Sebelum terbang mereka berpesan agar
kura-kura fokus menggigit kayunya dan tidak berbicara sepanjang
perjalanannya.
Di
atas ladang sepasang serigala berkata, yang menggigit kayu itu bukan
kura-kura tetapi kotoran kerbau, oleh-oleh buat anak angsa. Di atas desa
anak-anak kecil terkagum, melihat kura-kura menggigit kayu yang dibawa
terbang angsa di kanan dan kirinya. Anak-anak desa melambaikan tangannya
dan berteriak, betapa berbahagianya Sang Kura-Kura. Seumur hidup belum
pernah terjadi peristiwa yang demikian langka. Di atas taman istana para
putri terpesona. Mereka ingin mengetahui bagaimana awal cerita Sang
Kura-Kura mendapat karunia yang luar biasa. Sang Kura-Kura lengah ingin
menjelaskannya. Gigitannya lepas dan jatuhlah ke tanah dan lalu dimakan
oleh serigala jantan dan betina.”
Pesan
dari relief tersebut yaitu Kebiasaan terlalu banyak bicara membuat
lengah dan mengundang bencana. Dari kisah Kura-Kura dan Angsa tersebut
semoga dapat mengubah pandangan hidup kita masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar