Secara
Geografis wilayah Sumbawa sekitar 8.493 km2 lebih dari setengah Pulau
Sumbawa dengan luas keseluruhan mencapai 14.415,45 km2, sedangkan bagian
timur Pulau ini didiami oleh suku Bima. Sebagian besar wilayahnya
terdiri atas perbukitan dan pegunungan dengan puncak tertinggi 1.730
meter berada di Gunung Batu Lanteh. Gunung ini berdiri tegak di antara
lima pegunungan lainnya yang berada di bagian tengah dan selatan pulau.
Mengarah ke gunung ini terdapat sebuah sungai terbesar bernama Brang Beh
yang juga mengalir menuju Teluk Lampui dan menuju daerah-daerah di
sekitar pegunungan lainnya, kemudian bertemu dengan anak-anak sungai
lainnya yang lebih kecil. Di sanalah suku Sumbawa bermukim. Suku Sumbawa
juga dikenal dengan suku Samawa.
Kabupaten
Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat merupakan penyebaran suku Sumbawa
terbesar, mulai dari Kecamatan Empang di ujung timur hingga Kecamatan
Taliwang dan Sekongkang yang berada di ujung barat dan selatan pulau,
termasuk 38 pulau kecil di sekitarnya. Batas teritorial kedua daerah
kabupaten ini adalah sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores,
sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat dengan Selat
Alas, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Dompu. Jumlah
populasi suku Sumbawa sekarang diperkirakan lebih dari 500.000 jiwa.
Populasi
Suku Sumbawa yang terus berkembang saat ini merupakan campuran antara
keturunan etnik-etnik pendatang atau imigran dari pulau-pulau lain yang
telah lama menetap dan mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya serta
sanggup berakulturasi dengan para pendatang lain yang masih membawa
identitas budaya nenek moyang mereka, baik yang datang sebelum maupun
pasca meletusnya Gunung Tambora tahun 1815. Para pendatang ini terdiri
atas etnik Jawa, Madura, Bali, Sasak, Bima, Sulawesi (Bugis, Makassar,
Mandar), Sumatera (Padang dan Palembang), Kalimantan (Banjarmasin), dan
Cina (Tolkin dan Tartar), serta Arab yang rata-rata mendiami dataran
rendah dan pesisir pantai pulau ini, sedangkan sebagian penduduk yang
mengklaim diri sebagai pribumi atau tau Samawa asli menempati wilayah
pegunungan seperti Tepal, Dodo, dan Labangkar akibat daerah-daerah
pesisir dan dataran rendah yang dulunya menjadi daerah pemukiman mereka
tidak dapat ditempati lagi pasca bencana alam Tambora yang menewaskan
hampir dua pertiga penduduk Sumbawa kala itu.
Selain
itu merupakan daerah beriklim tropis, pengaruh iklim dari Benua
Australia pada bulan-bulan tertentu sangat terasa dengan temperatur
berkisar antara 19,20C–34,20C, kelembaban maksimum 89% dan minimum 71%
dengan tekanan udara rata-rata 1.008,2 mb sampai 1.013,4 mb. Arah mata
angin terbanyak adalah 300 dengan kecepatan tertinggi 13 knot per detik
yang terjadi pada bulan Agustus, Oktober, dan November. Curah hujan
rata-rata 1.476 mm setahun dengan jumlah hari hujan sebanyak 75 hari.
Hujan mulai turun di Sumbawa pada bulan November sampai dengan Maret,
setelah itu berganti musim kemarau di bulan April yang biasanya diawali
dengan udara dingin dalam beberapa minggu.
Sebagian
besar wilayah Sumbawa kaya akan hasil-hasil tambang, selain juga
potensi perikanan, perkebunan, dan pertanian tanaman pangan. Potensi
lain berupa hasil-hasil hutan dan peternakan. Beberapa produk andalan
yang telah menjadi maskot bagi Sumbawa adalah madu lebah, mutiara, dan
kekayaan flora-fauna berupa kayu gaharu, kuda, dan rusa yang mulai
terancam punah akibat perburuan.
0 komentar:
Posting Komentar