Sabtu, 13 Desember 2014

SUKU TALAUD, INSINYUR PERAHU TERHEBAT


Kemampuan masyarakat suku Talaud dalam merancang dan membuat perahu sudah tidak perlu diragukan lagi. Kemampuan ini sudah dimiliki sejak nenek moyang mereka, bahkan beberapa pelayaran yang dilakukan oleh pelaut Philipina sekalipun menggunakan perahu hasil rancangan dan buatan orang-orang suku Talaud. Tidak ada suku lain di Sulawesi Utara yang memilki kemampuan seperti ini. Perahu buatan suku Talaud ini juga sudah cukup dikenal sejak masa penjajahan VOC. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas, terutama perekonomian, masyarakat Taulud yang bergantung pada laut.
Berawal dari warisan nenek moyang inilah, membuat perahu di suku Taulud menjadi budaya baru. Budaya ini terus berkembang hingga muncul istilah ‘menondo sakaeng’ sebagai ritual menurunkan perahu. Menondo sakaeng dilakukan dengan doa, syair, dan mantera penghalau malapetaka.
Mengantisipasi segala kebutuhan yang dilakukan di laut, masyarakat suku Talaud menggunakan alat transportasi yang diberi nama Sakaeng (perahu sekoci), perahu ini ada yang digerakkan dengan dayung atau bahkan menggunakan layar. Sakaeng juga digunakan untuk melakukan penangkapan ikan para nelayan. Selain Sakaeng ada juga perahu-perahu yang hampir sejenis yang diberi nama Pelang, Londe, dan Bininta (jenis-jenis perahu bercadik). Perahu-perahu tersebut digunakan untuk aktivitas sehari-hari karena jarak tempuh yang sampai ke pesisir pantai.
Bininta adalah perahu tertua yang dimiliki suku Talaud. Bahkan perahu ini sudah ada sejak Spanyol singgah di tanah mereka. Perahu ini berukuran lebih besar dari ukuran perahu lainnya dan tentu saja perahu ini pun digunakan bukan untuk aktivitas sehari-hari. Bininta digunakan oleh nelayan saat akan melakukan pelayaran dalam jarak yang jauh dan melakukan perburuan ikan-ikan besar, salah satunya adalah perburuan ikan hiu. Perburuan ini dinamakan Melaude, yakni perburuan ikan hiu yang menempuh jarak bermil-mil jauhnya. Perburuan Melaude yang menggunakan perahu Binnita ini biasanya juga menggunakan alat papiti, sahempang, atau tatou sebagai alat yang lebih besar dan kuat.
Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat suku Talaud tidak hanya dilakukan di laut, tetapi juga banyak masyarakat yang melakukan aktivitasnya di darat. Sama halnya jika kita perhatikan di tempat lain, alat transportasi suku Talaud di darat masih menggunakan jasa hewan terutama sapi. Roda (pedati) atau gerobak yang digunakan sebagai satu-satunya alat transportasi darat terutama untuk berpergian jauh atau membawa barang dalam jumlah banyak. Pedati sekalipun hanya dimilki golongan tertentu, selebihnya masyarakat hanya bisa berjalan kaki.

0 komentar:

Posting Komentar