Kupatan
atau Telasan Topak atau Telasan Tongareh berasal dari budaya jawa yang
mempunyai arti “mengaku salah” yang di simbolkan dengan ketupat. Makna
dari Telasan Topak itu sendiri yaitu merayakan kemenangan setelah
menjalankan puasa sebagai sarana saling memaafkan antara manusia satu
dengan yang lainnya. Dari sinilah muncul bahwa ketupat adalah simbol
kemenangan umat islam.
Sehari
setelah Salat led, mereka lazimnya berpuasa kembali selama lima hari,
yaitu puasa Syawal. Baru tujuh hari setelah Idul Fitri mereka merayakan
kemenangan yang sesungguhnya dengan ditandai dengan Telasan Topak.
Itulah sebabnya Telasan Tongareh di Madura lebih meriah daripada hari
“H” Lebaran. Telasan Topak adalah sebuah perayaan yang menandai
kemenangan umat islam setelah menjalankan puasa selama 1 bulan sebagai
sarana mendekatkan diri dengan Allah swt. Dulu Telasan Topak merupakan
perayaan para prajurit atas kemenangannya setelah berperang dalam medan
tempur yang dismbolkan dengan ketupat
Telasan
Topak merupakan hari baik bagi warga Madura. Bulan Syawal merupakan
hari yang sangat cocok untuk mengadakan upacara selamatan seperti
tasyakuran, khitanan dan pernikahan. Selain itu juga dipercaya sebagai
hari yang baik untuk mencari jodoh. Karena itu banyak pria dan wanita
mencari pasangan hidup dengan berbusana rapih, berpenampilan menarik.
Acara
temu jodoh itulah yang paling menarik para wisatawan. Tidak hanya
perantau Madura yang dating, tetapi dari Surabaya, Jakarta, dan
kota-kota lain juga menyempatkan diri untuk hadir dalam acara temu jodoh
itu. Acara temu jodoh ini biasanya terjadi di pantai seperti di
Sukolilo, Kwanyar, dan Pantai Camplong. Itulah mengapa Telasan Topak
menjadi sangat bermakna bagi masyarakat Madura.
Sejak
subuh ibu-ibu sudah mempersiapkan perlengkapan untuk “pesta” ketupat.
Ketika ketupat masak, bapak-bapak yang mengambil peran. Mereka
meletakkan ketupat di sejumlah benda yang mereka anggap “berjasa” dalam
menghasilkan rejeki. Mulai dari cangkul, sabit, gerobak, hingga
pepohonan yang selama ini memang memberi rejeki.
Disamping
itu ketupat juga dikalungkan di leher sapi, kerbau, sapi karapan, dan
beberapa hewan peliharaan lainnya. Secara singkat segala benda milik
mereka yang “memberikan rejeki”, dikalungi ketupat pada saat Telasan
Topak itu.
Hal
yang paling menarik adalah, upacara Telasan Topak di tepi pantai. Para
nelayan menggantungkan ketupat pada perahu-perahu yang selama ini mereka
gunakan dalam mencari nafkah. Puluhan unit perahu “dikalungi” sesaji
berupa ketupat, lepet, ayam panggang dan aneka aksesoris wama wami.
Kemudian perahu-perahu cantik itu berkonvoi keliling pantai. Para awak
perahu terlihat sangat gembira pada hari itu. Mereka saling melempar
ketupat dari perahu yang satu ke perahu lainnya. Setelah selesai
upacara, mereka memakan ketupat bersama-sama.
0 komentar:
Posting Komentar