Sabtu, 13 Desember 2014

Telasan Topak

telasan-topak001_1375328484.jpg
Kupatan atau Telasan Topak atau Telasan Tongareh berasal dari budaya jawa yang mempunyai arti “mengaku salah” yang di simbolkan dengan ketupat. Makna dari Telasan Topak itu sendiri yaitu merayakan kemenangan setelah menjalankan puasa sebagai sarana saling memaafkan antara manusia satu dengan yang lainnya. Dari sinilah muncul bahwa ketupat adalah simbol kemenangan umat islam.
Sehari setelah Salat led, mereka lazimnya berpuasa kembali selama lima hari, yaitu puasa Syawal. Baru tujuh hari setelah Idul Fitri mereka merayakan kemenangan yang sesungguhnya dengan ditandai dengan  Telasan Topak. Itulah sebabnya Telasan Tongareh di Madura lebih meriah daripada hari “H” Lebaran. Telasan Topak adalah sebuah perayaan yang menandai kemenangan umat islam setelah menjalankan puasa selama 1 bulan sebagai sarana mendekatkan diri dengan Allah swt.  Dulu Telasan Topak  merupakan perayaan para prajurit atas kemenangannya setelah berperang dalam medan tempur yang dismbolkan dengan ketupat
Telasan Topak merupakan hari baik bagi warga Madura. Bulan Syawal merupakan hari yang sangat cocok untuk mengadakan upacara selamatan seperti tasyakuran, khitanan dan pernikahan. Selain itu juga dipercaya sebagai hari yang baik untuk mencari jodoh. Karena itu banyak pria dan wanita mencari pasangan hidup dengan berbusana rapih, berpenampilan menarik.
Acara temu jodoh itulah yang paling menarik para wisatawan. Tidak hanya perantau Madura yang dating, tetapi dari Surabaya, Jakarta, dan kota-kota lain juga menyempatkan diri untuk hadir dalam acara temu jodoh itu. Acara temu jodoh ini biasanya terjadi di pantai seperti di Sukolilo, Kwanyar, dan Pantai Camplong. Itulah mengapa Telasan Topak menjadi sangat bermakna bagi masyarakat Madura.
Sejak subuh ibu-ibu sudah mempersiapkan perlengkapan untuk “pesta” ketupat. Ketika ketupat masak, bapak-bapak yang mengambil peran. Mereka meletakkan ketupat di sejumlah benda yang mereka anggap “berjasa” dalam menghasilkan rejeki. Mulai dari cangkul, sabit, gerobak, hingga pepohonan yang selama ini memang memberi rejeki.
Disamping itu ketupat juga dikalungkan di leher sapi, kerbau, sapi karapan, dan beberapa hewan peliharaan lainnya. Secara singkat segala benda milik mereka yang “memberikan rejeki”, dikalungi ketupat pada saat Telasan Topak itu.
Hal yang paling menarik adalah, upacara Telasan Topak di tepi pantai. Para nelayan menggantungkan ketupat pada perahu-perahu yang selama ini mereka gunakan dalam mencari nafkah. Puluhan unit perahu “dikalungi” sesaji berupa ketupat, lepet, ayam panggang dan aneka aksesoris wama wami. Kemudian perahu-perahu cantik itu berkonvoi keliling pantai. Para awak perahu terlihat sangat gembira pada hari itu. Mereka saling melempar ketupat dari perahu yang satu ke perahu lainnya. Setelah selesai upacara, mereka memakan ketupat bersama-sama.

0 komentar:

Posting Komentar