Rabu, 03 Desember 2014

Kisah Seorang Ayah





Ia berasal dari keluarga yang sederhana, semasa mudanya tiap hari ia bangun pagi-pagi buta untuk menyelam di dasar sungai di dekat kuburan tua untuk mengambil pasir dan batu kali. Ketika ayam sudah berkokok ia berjalan ke pasar untuk berjualan kuah pindang, dan di saat siang hari ia bekerja sebagai tukang sol sepatu. Ia adalah anak tertua dari seorang tukang potong rambut bersahaja di desanya, semangatnya dalam bekerja membuat seorang terpandang membantunya mendapat pekerjaan yang lebih baik sebagai seorang abdi Negara.

Walaupun sudah menjadi pegawai negeri ia tetap hidup sederhana, di umurnya yang ke tiga puluh Ia bertemu dengan seorang wanita dan kemudian menikahinya. Dari pernikahannya itu kemudian dia dikaruniai anak laki-laki. Ia sangat menyayangi buah hatinya, bekerja dengan tekun untuk membesarkan anak-anaknya dan menghidupi keluarganya. Ketika pagi hari ia biasanya mengajak anaknya berjalan-jalan menghirup udara pagi, mencium aroma bunga dari pepohonan yang rimbun. Ketika pada waktu malam hari walaupun hanya ada sepiring nasi dan lauk mie instan ia lebih mengutamakan untuk menyuapi makan anaknya sambil menonton TVRI yang merupakan satu-satunya hiburan pada masa itu. Ketika anaknya ulang tahun ia berusaha merayakannya walaupun hanya sekali saja dalam seumur hidup anak itu dengan memberikan hadiah sekotak choki-choki, namun kenangan itu membekas di dalam diri sang anak.

Dalam hidupnya bahkan sampai saat ini Ia tetap sederhana dan bersahaja, menggunakan pakaian apa adanya bahkan terkadang berlubang dan penuh tambalan jahitan tangan. Ia dengan setia tetap menaiki motor Astrea Prima kesayangannya semenjak dari pertama ia membelinya di saat menikah sampai anaknya tumbuh dewasa, bahkan sampai sekarang pun motor itu masih awet dan bisa dipakai.Kesederhanaan, bersahaja, kejujuran, kebaikan hati, ketulusan, tidak pernah mengeluh, selalu bersyukur akan kehidupan adalah sekian dari banyak hal yang bisa diteladani darinya.

0 komentar:

Posting Komentar