Masjid
Agung Yogyakarta terletak di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan,
Kotamadia Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Batas-batas
masjid adalah sebelah utara berbatasan dengan perkampungan penduduk,
sebelah selatan berbatasan dengan jalan kauman, sebelah timur berbatasan
dengan alun-alun, sedangkan sebelah barat perkampungan penduduk.
Deskripsi Bangunan
Masjid
Agung Yogyakarta merupakan suatu kompleks dengan luas keseluruhan
16.000 m² yang dipisahkan dari daerah sekitarnya oleh pagar keliling.
Bangunan terdiri atas serambi, ruang utama, bangunan samping
(pawestren), dan bangunan lainnya.
- Serambi
Masjid
Agung Yogyakarta memiliki dua serambi yaitu serambi depan/utama dan
serambi gang atau serambi pabongan yang terletak di sebelah utara
masjid. Bangunan serambi ini ditopang oleh 8 tiang utama dan 16 tiang
tambahan. Di serambi utama terdapat satu buah bedug, sedangkan kentongan
tidak ada. Bedug ini merupakan tiruan, sedangkan bedug asli disimpan di
keraton. Serambi pabongan terletak di sebelah utara masjid,serambi ini
merupakan bangunan tertutup yang memiliki lima buah pintu. Serambi ini
biasanya dipergunakan untuk kegiatan khitanan.
- Ruang utama
Ruang
utama memiliki empat buah pintu. Dalam ruang utama ini terdapat
prasasti-prasasti yang terdiri dari: tiga buah prasasti memakai huruf
Arab dan Jawa menyebut tentang pembangunan masjid, tiga buah prasasti
menyebut tentang pembuatan serambi masjid dan perbaikan serambi,
sedangkan satu buah prasasti lainnya menyebut tentang penggantian lantai
ruang utama. Ruang utama masjid ditopang oleh empat buah soko guru
(tiang utama) dan 12 buah tiang soko rowo (tiang tambahan). Atap ruang
utama berbentuk tumpang tingkat tiga.
- Mihrab dan Mimbar
Bentuk
mihrab yaitu relung setengah lingkaran, dan di sisi kiri-kanan mihrab
terdapat hiasan bunga dan tulisan Arab. Sedangkan secara garis besar
mimbar terdiri atas: bagian dasar, dudukan, dan sandaran.
- Maksurah dan Pawestren
Maksurah
atau tempat shalat para raja atau penguasa, hiasan yang terdapat di
maksurah adalah hiasan ceplok bunga yang ditempatkan pada silangan
pertemuan papan kayu. Sedangkan pawestren pada masjid ini letaknya di
sebelah kanan ruang utama, bangunan ini dipergunakan untuk tempat shalat
kaum wanita. Dalam pawestren ini terdapat prasasti yang memuat angka
tahun 1767 Jawa yang menyebut tentang fungsi pawestren.
- Bangunan lain
- Tempat Wudhu
Bangunan tempat wudhu ada dua buah yaitu tempat wudhu untuk wanita dan tempat wudhu pria.
- Makam
Makam terletak di halaman belakang masjid. Tokoh yang dimakamkan diantaranya makam Nyai Ahmad Dahlan (istri Haji Ahmad Dahlan).
- Pagongan
Bangunan
pagongan dipergunakan untuk menempatkan seperangkat gamelan pada waktu
perayaan sekaten. Dalam masjid ini terdapat dua pagongan yaitu pagongan
utara dan pagongan selatan.
- Bangunan Sekretariat Takmir Masjid Besar Yogyakarta
Bangunan ini terletak di halaman utara masjid, berfungsi sebagai tempat untuk mengurus kelangsungan siar Islam.
- Bangunan Perpustakaan
Bangunan
ini dahulu digunakan untuk tempat istirahat prajurit keraton ketika
mengawal raja sewaktu berada di Masjid Agung Yogyakarta pada hari-hari
tertentu.
- Regol Depan
Regol adalah pintu masuk ke Masjid Agung Yogyakarta terletak di sebelah timur masjid.
Sejarah
Masjid
Agung Yogyakarta dibangun pada tahun 1773 M. Hal ini dapat dilihat pada
dua buah prasasti yang menempel di dinding luar sisi timur ruang utama
masjid. Prasasti yang berada di sebelah kanan pintu utama terdiri dari
enam baris memakai huruf dan bahasa Arab. Sedangkan yang berada di
sebelah kiri pintu utama menggunakan bahasa dan huruf Jawa.
Seluruh
kompleks Masjid ini dikelilingi oleh pagar tembok tinggi di mana pada
bagian utara terdapat Dalem Pengulon yaitu tempat tinggal serta kantor
abdi dalem pengulu, serta di sebelah barat masjid terdapat beberapa
makam yang diantaranya adalah makam Nyai Ahmad Dahlan. Abdi dalem
pengulu inilah yang membawahi para abdi dalem bidang keagamaan lainnya,
seperti abdi dalem pamethakan, suronoto, modin,
Kawasan
di sekitar masjid merupakan kawasan pemukiman para santri ataupun
ulama. Pemukiman tersebut lebih dikenal dengan nama Kauman dan
Suronatan. Dalam perjalanan histories Yogyakarta, kehidupan religius di
kampung tersebut menjadi inspirasi dan tempat yang kondusif bagi tumbuh
dan berkembangnya gerakan keagamaan Muhammadyah pada tahun 1912 M yang
dipimpin oleh K.H.A. Dahlan.
0 komentar:
Posting Komentar