Masjid
Jamik Singaraja terletak di Jalan Imam Bonjol No.65 kota Singaraja,
tepatnya di Kelurahan Kampung Kajanan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten
Buleleng, Provinsi Bali. Masjid ini didirikan tahun 1846 M pada masa
pemerintahan Raja Buleleng A.A. Ngurah Ketut Jelantik Polong (putra A.A.
Panji Sakti, raja Buleleng I). Beliau seorang penganut agama Hindu
Bali, maka pengaturan pelaksanaan dan kepengurusannya diserahkan kepada
saudaranya yang beragama Islam bernama A.A. Ngurah Ketut Jelantik
Tjelagie dan Abdullah Maskati. Masjid ini terletak pada lahan seluas
1980 m².
Masjid
Agung Jamik Singaraja hingga kini masih menyimpan kitab Alqur’an
tulisan tangan A.A. Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie dan sampai sekarang
masih ada keturunan beliau dan tetap menggunakan nama Gusti walaupun
memeluk agama islam. Awalnya, ada yang menolak memindahkan masjid lama
yang bernama Masjid Keramat di jalan Hassanudin saat ini ke Masjid Agung
Jamik sehingga menimbulkan perbedaan pandangan saat itu.
Selain
menyimpan Al Qur’an tulisan keturunan Raja Buleleng, Masjid Agung Jamik
juga memiliki sebuah Kori atau pintu gerbang utama yang merupakan
pemberian I Gusti Anglurah Ketut Jelantik VIII. Pintu gerbang ini
langsung dipindahkan dari Puri Buleleng dan dipasang didepan Masjid.
Sejarah
Menurut cerita, pemberian Kori atau Pintu Gerbang berukir khas Bali dari Puri Agung Buleleng itu pada tahun 1860 sebagai wujud untuk mencegah adanya perbedaan pandangan untuk memindahkan umat dari Masjid Keramat ke Masjid Jamik. Sampai saat ini, Masjid Agung Jamik Singaraja yang merupakan Masjid terbesar di Kota Singaraja tetap menjadi pusat bagi umat islam di Singaraja untuk melakukan berbagai kegiatan keagamaan.
Deskripsi Bangunan
Pintu
masuk ke ruangan ada empat buah terletak di utara dan selatan
masing-masing sebuah, sedangkan yang dua lagi ada di sisi timur.
Bangunan masjid ini terdiri dari ruang utama, aula, dan ruang
sekretariat. Di dalam ruang utama terdapat dua tiang soko guru,
sedangkan di tengah ruangan juga terdapat empat buah tiang berbentuk
bulat sejajar dengan tiang soko guru tersebut. Pada dinding barat
terdapat mihrab dengan lengkunngan di atas dan disangga oleh tiang. Di
dalam mihrab terdapat jam berdiri di sudut selatan dan mimbar yang
merupakan hadiah dari raja Jelantik. Ruangan bertingkat dua yang
dipergunakan sebagai aula pada bagian bawah, sedangkan bagian atas
dipergunakan sebagai tempat pendidikan anak-anak (Madrasah Diniyah
Awaliah). Di depan bangunan induk terdapat menara berbentuk bulat dan
ada jendela berbentuk persegi panjang dengan pelipit di atasnya. Bagian
atas dari menara berbentuk segi delapan dan terdapat ruangan dengan
lubang angin pada setiap segi tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar