Sabtu, 13 Desember 2014

Masjid Jamik Singaraja

jami5001_1373853701.jpg
Masjid Jamik Singaraja terletak di Jalan Imam Bonjol No.65 kota Singaraja, tepatnya di Kelurahan Kampung Kajanan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Masjid ini didirikan tahun 1846 M pada masa pemerintahan Raja Buleleng A.A. Ngurah Ketut Jelantik Polong (putra A.A. Panji Sakti, raja Buleleng I). Beliau seorang penganut agama Hindu Bali, maka pengaturan pelaksanaan dan kepengurusannya diserahkan kepada saudaranya yang beragama Islam bernama A.A. Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie dan Abdullah Maskati. Masjid ini terletak pada lahan seluas 1980 m².
Masjid Agung Jamik Singaraja hingga kini masih menyimpan kitab Alqur’an tulisan tangan A.A. Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie dan sampai sekarang masih ada keturunan beliau dan tetap menggunakan nama Gusti walaupun memeluk agama islam. Awalnya, ada yang menolak memindahkan masjid lama yang bernama Masjid Keramat di jalan Hassanudin saat ini ke Masjid Agung Jamik sehingga menimbulkan perbedaan pandangan saat itu.
Selain menyimpan Al Qur’an tulisan keturunan Raja Buleleng, Masjid Agung Jamik juga memiliki sebuah Kori atau pintu gerbang utama yang merupakan pemberian I Gusti Anglurah Ketut Jelantik VIII. Pintu gerbang ini langsung dipindahkan dari Puri Buleleng dan dipasang didepan Masjid.
Sejarah

 Menurut cerita, pemberian Kori atau Pintu Gerbang berukir khas Bali dari Puri Agung Buleleng itu pada tahun 1860 sebagai wujud untuk mencegah adanya perbedaan pandangan untuk memindahkan umat dari Masjid Keramat ke Masjid Jamik. Sampai saat ini, Masjid Agung Jamik Singaraja yang merupakan Masjid terbesar di Kota Singaraja tetap menjadi pusat bagi umat islam di Singaraja untuk melakukan berbagai kegiatan keagamaan.
Deskripsi Bangunan
Pintu masuk ke ruangan ada empat buah terletak di utara dan selatan masing-masing sebuah, sedangkan yang dua lagi ada di sisi timur. Bangunan masjid ini terdiri dari ruang utama, aula, dan ruang sekretariat. Di dalam ruang utama terdapat dua tiang soko guru, sedangkan di tengah ruangan juga terdapat empat buah tiang berbentuk bulat sejajar dengan tiang soko guru tersebut. Pada dinding barat terdapat mihrab dengan lengkunngan di atas dan disangga oleh tiang. Di dalam mihrab terdapat jam berdiri di sudut selatan dan mimbar yang merupakan hadiah dari raja Jelantik. Ruangan bertingkat dua yang dipergunakan sebagai aula pada bagian bawah, sedangkan bagian atas dipergunakan sebagai tempat pendidikan anak-anak (Madrasah Diniyah Awaliah). Di depan bangunan induk terdapat menara berbentuk bulat dan ada jendela berbentuk persegi panjang dengan pelipit di atasnya. Bagian atas dari menara berbentuk segi delapan dan terdapat ruangan dengan lubang angin pada setiap segi tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar