Masjid
Besar Mataram Kotagede terletak di Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan,
Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelah utara
masjid berbatasan dengan pemukiman penduduk, sebelah selatan berbatasan
dengan pemandian Sendang Seliran, sebelah timur berbatasan dengan
perumahan abdi dalem, dan sebelah barat berbatasan dengan pemandian
Sumber Kemuning. Masjid ini termasuk masjid tertua yang terletak di
Yogyakarta.
Deskripsi Bangunan
Serambi
ditopang oleh 26 buah tiang kayu jati. Atap serambi berbentuk tumpang
terbuat dari sirap. Di ruang serambi terdapat bedug dan kentongan.
Seluruh bangunan masjid termasuk makam di belakangnya dikelilingi oleh
tembok tinggi. Sedangkan di belakang gapura berdiri sebuah rana/kelir,
di mana jika ada orang yang hendak memasuki halaman masjid harus belok
ke kanan.
Masjid
dengan desain arsitektur nusantara ini beratap tumpang bersusun tiga
dengan serambi dan parit yang mengelilingi masjid pada tiga sisinya.
Dinding ruang utama masjid terbuat dari balok-balok putih yang disusun
tanpa spesi. Pada bagian utama masjid, dapat dilihat empat saka guru
jati utuh dengan usuk dan reng yang disusun ngruji payung, karena tidak
ada plafon yang berfungsi sebagai langit-langit. Di dalam ruang utama
terdapat ruang pengimaman/mihrab pada dinding sebelah barat dan mimbar
kayu berukir.
Di
antara ornamen yang tertera adalah ragam geometris, sulur-suluran,
bahkan pada kaki mimbar terdapat ornamen berbentuk sepasang binatang
yang distilir dengan sempurna sehingga bentuk aslinya tidak dapat
dikenali lagi.
Bangunan lain yang terdapat di Masjid Besar Mataram Kotagede :
- Tempat wudhu dan kamar mandi
Di samping tempat wudhu terdapat dua buah kamar mandi.
- Makam
Bangunan makam terdiri dari 3 bagian yaitu bagian depan disebut Prabayaksa, bagian tengah (Witana), dan bagian belakang (Tajug).
Bangunan ini dikelola oleh keraton Surakarta dan Yogyakarta. Bangunan
Prabayaksa dikelola oleh keraton Surakarta, dan bangunan Witana dan
Tajug dikelola oleh keraton Yogyakarta. Di dalam bangunan Prabayaksa
terdapat 64 makam diantaranya makam Sultan Sedo ing Krapyak. Di dalam
bangunan Witanan terdapat 15 makam diantaranya makam Kyai dan Nyai Ageng
Pemanahan yang merupakan cikal bakal kerajaan Mataram Islam, makam
Panembahan Senopati, dan makam Ki Juru Mertani. Di dalam bangunan Tajug
hanya terdapat tiga buah makam yaitu makam Nyai Ageng Enis, makam
Pangeran Joyoprono, dan makam Datuk Palembang.
- Tugu Peringatan
Bangunan ini terletak di halaman depan sisi timur. Bentuk bangunan mirip dengan bangunan candi.
- Gapura
Ada tiga buah bangunan gapura paduraksa yang masing-masing terdapat di sisi timur, sisi utara, dan sisi selatan.
- Bangunan Kelir
Bangunan ini terletak di belakang gapura paduraksa sebelah timur.
Sejarah
Masjid
Besar Mataram Kotagede diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan
Panembahan Senopati antara tahun 1575-1601 M. Perkiraan ini didasarkan
atas bangunan makam. Bangunan makam yang tertua adalah makam yang
terdapat di dalam bangunan Tajug. Di dalam bangunan ini terdapat tiga
makam, yaitu makam Nyai Ageng Enis, makam Pangeran Joyoprono, dan makam
Datuk Palembang. Menurut riwayat sewaktu Nyai Ageng Enis (ibu Pemanahan)
meninggal dunia jenazahnya dimakamkan di dalam bangunan langgar. Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa sewaktu Pemanahan hidup, Masjid Kotagede
belum ada. Karena Pemanahan meninggal dunia tahun 1575 M, maka Masjid
Besar Kotagede dibangun setelah Pemanahan meninggal dunia.
Dalam
perkembangan selanjutnya Kotagede tetap ramai meskipun sudah tidak
lagi menjadi ibukota kerajaan. Berbagai peninggalan sejarah seperti
makam para pendiri kerajaan, Masjid Kotagede, rumah-rumah tradisional
dengan arsitektur Jawa yang khas, toponim perkampungan yang masih
menggunakan tata kota jaman dahulu hingga reruntuhan benteng bisa
ditemukan di Kotagede.
0 komentar:
Posting Komentar