Sabtu, 13 Desember 2014

Masjid Gala, Klaten-Jawa Tengah

gala_1373530371.png
Masjid Gala berada di wilayah Kelurahan Paseban, Kecamatan Tembayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Di sebelah utara masjid terdapat tanah pekarangan milik masyarakat, di sebelah selatan berbatasan dengan jalan Bendo gantungan dan Dusun Melikan. Di bagian barat dan utara berbatasan dengan lereng bukit Jabalkat.
Deskripsi Bangunan
Masjid Gala berdiri di atas bukit berteras dan terdiri dari tiga tingkat. Masjid tersebut terletak di tingkat ketiga yang luasnya 324 m². Bangunan masjid hanya terdiri dari ruang utama, jadi tidak seperti masjid pada umumnya yang memiliki serambi dan pawestren tersendiri. Masjid ini termasuk salah satu masjid yang unik karena menggunakan gaya budaya Indo-Jawa. Di atas gedung dalam masjid ini adalah salah satu karakteristik dari bangunan keagamaan Hindu-Budha di Jawa. Atap masjid berbentuk tumpang terdiri dari dua tingkat yang meruncing ke atas dan ditutup dengan mustaka pada puncaknya. Untuk menopang konstruksi ini digunakan empat tiang sakaguru (tiang utama) dan dua belas sakarawa (tiang tambahan) yang terbuat dari kayu jati. Sakaguru dilandasi umpak batu dengan profil bingkai padma dan susunan pelipit-pelipit persegi. Ruang mihrab mempunyai atap tersendiri yang terbuat dari batu. Sedangkan mimbar dalam masjid ini merupakan mimbar baru terbuat dari kayu jati yang terletak di sebelah depan bagian utara mihrab. Bedug dalam masjid ini ditempatkan di bagian timur laut ruangan masjid, selain bedug di dalam masjid juga terdapat kentongan bambu yang berbentuk lengkung. Selain itu terdapat pula Padasan yaitu tempayan tempat air wudhu dan biasanya terletak di halaman depan masjid, dalam masjid ini terdapat dua padasan yaitu terbuat dari tanah liat dan pada bagian luarnya dilapisi dengan semen. Di halaman Masjid Gala terdapat makam-makam diantaranya makam keturunan Ki Ageng Pandanarang, salah satunya makam Pangeran Mendel IV yang terletak di sebelah barat masjid. Dalam masjid ini terdapat bekas umpak sakarawa yang berbentuk bulat dengan lubang persegi di bagian atasnya, seluruhnya terdapat enam buah yang diletakkan di halaman depan masjid.
Sejarah
Riwayat Masjid Gala dapat dihubungkan dengan Sunan Tembayat. Dikisahkan bahwa dalam perjalanannya Ki Ageng Pandanarang menemukan sebuah masjid kecil dan padasan. Selanjutnya beliau bermukim di Tembayat dan terkenal dengan sebutan Sunan Tembayat. Sedangkan kisah lain menyebutkan bahwa Sunan Tembayat merasa kurang puas dengan masjid yang didirikan di atas gunung Jabalkat. Kemudian ia menyuruh membangun lagi seuah masjid di bawah dan diberi nama Masjid Gala. Huruf “ga” berarti satu dan huruf “la” berarti tujuh. Jadi “gala” mengandung arti  nilai “la”  yang bermakna di dalam masjid itu dilakukan shalat 17 rakaat.

0 komentar:

Posting Komentar