Masjid
Kuno Bayan Beleq terletak di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten
Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Masjid Kuno Bayan Beleq
dibangun di atas sebuah bukit dengan ketinggian ± 5 m dari permukaan
tanah dan pintu masuk terletak di sebelah timur laut. Masjid ini
mempunyai atap dua tingkat, berbentuk limasan (meru) dan memiliki
mahkota pada bagian puncaknya. Bayan sendiri memang terkenal sebagai
salah satu pintu gerbang masuknya ajaran Islam ke Pulau Lombok.
Deskripsi Bangunan
Bentuk
bangunan Masjid Kuno Bayan Beleq ini serupa dengan bentuk bangunan
rumah-rumah tradisional asli masyarakat Bayan. Saat pertama kali
melihatnya, anda mungkin tidak akan mengira bahwa bangunannya merupakan
sebuah masjid. Secara umum bangunan Masjid Kuno Bayan Beleq terdiri dari
tiga bagian yaitu: pondasi, tubuh, dan atap. Pondasi masjid berbentuk
bujur sangkar. Tubuh masjid ditopang oleh empat buah tiang utama yang
terbuat dari kayu nangka. Keempat tiang utama ini berdiri di atas umpak
dari batu alam (monolit). Di samping tiang-tiang utama, masjid ini juga
mempunyai tiang-tiang keliling atau tiang mider yang berjumlah 28 buah.
Di
dalam ruang masjid bagian tengah terdapat sebuah bedug yang digantung
dengan tali rotan. Di sebelah kanannya terdapat sebuah mimbar khotbah
yang sederhana. Pada bagian atas mimbar terdapat hiasan naga yang di
bagian badannya dihiasi tiga buah bintang bersudut 12, 8, dan 7. Angka
‘12’ melambangkan bulan, angka ‘8’ melambangkan dari tahun alip, dan ‘7’
melambangkan hari. Atap masjid bertingkat dua berbentuk limasan terbuat
dari bahan bambu yang dianyam.
Sejarah
Masjid
Kuno Bayan Beleq adalah salah satu tipe bangunan masjid kuno yang
didirikan pada masa awal berkembangnya agama Islam di Pulau Lombok yaitu
sekitar abad 16. Masjid didirikan oleh seorang penghulu yang meruapakan
orang pertama di Bayan dan yang dimakamkan di komplek masjid tersebut
yang dikenal dengan nama Makam Titi Mas Penghulu. Beberapa cerita yang
lain menyebutkan Sunan Giri-lah yang membangun seiring dengan
diberikannya sebidang tanah kosong oleh Raja Bayan kepada dirinya. Ada
juga yang menyebutkan bahwa masjid ini dibangun oleh Sunan Prapen atau
yang dikenal dengan nama Pangeran Senopati yang tak lain merupakan cucu
dari Sunan Giri. Kendati sejarah pendirian Masjid Kuno Bayan Beleq masih
simpang siur, namun keunikannya tidak akan membuat Anda kecewa untuk
mengunjunginya.
Nama
“Beleq” di masjid ini berarti “makam besar”. Ada sejumlah makam yang
berada di kompleks masjid, cungkup makam terbuat dari bambu yang berisi
makam para tokoh ulama yaitu: makam Plawangan, Karang Salah, Anyar,
Reak, Titi Mas Penghulu, dan Sesait. Juga ada gubuk kecil di sebelah
belakang kanan dan depan kiri masjid yang merupakan makam tokoh-tokoh
agama yang ikut turun tangan pembangunan dan mengurusi masjid ini sejak
awal.
Tradisi
Sehari-hari,
Masjid Kuno Bayan Beleq tidak lagi digunakan oleh masyarakat sekitar.
Namun, masjid ini akan kembali ramai pada hari besar agama Islam. Salah
satunya pada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad. Perayaan hari kelahiran
Nabi Muhammad ini biasanya diadakan selama dua hari. Di saat perayaan,
Masjid Bayan Beleq akan dipenuhi oleh pengunjung. Pada perayaan acara
ini, para pengunjung yang ingin mengikuti prosesi upacara diwajibkan
untuk mengikuti peraturan yang ada, semisal harus menggunakan baju adat
Sasak seperti dodot dan sapuk.
Selain
itu pada perayaan Idul Fitri, masjid ini tidak hanya menggelar sholat
berjamaah namun 3 hari setelah itu diselenggarakan perayaan Lebaran Adat
Tinggi. Menurut masyarakat setempat, perayaan ini digunakan untuk
menopang dan memperkuat Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan pada perayaan
lebaran Adat Tinggi ini disebut dengan Serah Ancak. Ancak adalah tempat
membawa makanan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari anyaman bambu
dilapisi daun pisang. Diatas daun pisang inilah terdapat makanan dan
lauk pauk seperti urap, sate, ikan, daging ayam, daging kambing dan
lain-lain. Masing-masing bahan yang diletakkan di Ancak merupakan
sumbangan dari warga desa secara sukarela. Memasaknya pun dilakukan
secara bersama-sama oleh masyarakat Bayan.
0 komentar:
Posting Komentar