Masjid
Pujut terletak tepatnya di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten
Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bangunan masjid berdiri di
atas bukit dengan lingkungan yang ditumbuhi pohon kamboja. Untuk
mencapainya harus melalui jalan setapak. Masjid Pujut adalah serpihan
sejarah Islam masa lalu di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kini kendati
tidak lagi dipakai, namun bangunannya tetap menjadi bagian dari wisata
religi dan sejarah yang mengingatkan kepada kita bagaimana penyebaran
dan aktivitas ibadah agama Islam jaman dulu. Sebagai provinsi dengan
mayoritas penganut agama Islam, masjid kuno Gunung Pujut adalah bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat muslim. Selain menjadi
saksi sejarah penting, masjid ini sangat unik karena didirikan di atas
bukit. Menurut berbagai publikasi sejarah mendirikan bangunan yang
bernilai sakral di sebuah gunung atau bukit adalah suatu kebiasaan. Di
gunung Pujut selain berdiri masjid kuno juga terdapat bangunan-bangunan
lain yang digunakan sebagai ajang pemujaan yang disebut dengan pedewa.
Baik masjid maupun pedewa digunakan sebagai tempat melakukan ritual
agama masa itu.
Deskripsi Bangunan
Pondasi
dari tanah liat dan lantai ditinggikan 60 cm dari permukaan tanah.
Dinding dari bambu (gedeg) dan berpintu satu. Di dalam ruang masjid
terdapat tiang, mihrab, dan mimbar. Tiang sakaguru sebanyak empat buah
terbuat dari kayu. Keempat tiang sakaguru ini bertumpu pada umpak batu
alam yang disebut sendi. Keempat tiang sakaguru ini berfungsi sebagai
penahan atap yang paling tinggi (atap kedua). Tiang keliling juga dari
kayu lokal jenis tanjung gunung yang berjumlah 28 buah terdiri atas:
empat buah tiang sudut, dua puluh dua buah tiang pinggir, dan dua buah
tiang mihrab. Tiang keliling ini selain berfungsi sebagai penahan atap
pertama juga sebagai tempat menempelkan dinding gedeg.
Mihrab
terletak di dinding barat yang arahnya tepat ke kiblat. Sedangkan
mimbar dalam masjid ini diletakkan di sebelah kanan mihrab. Selain itu,
terdapat pula dua buah bedug (satu buah besar dan satu buah kecil).
Atap
masjid bertumpang dari dua bahan alang-alang, dan atap tumpang pertama
menjurai ke bawah sangat rendah sehingga pintu masuk ke ruang masjid
sangat pendek (setinggi orang membungkuk) apabila orang masuk ke dalam
tempat sholat. Secara filosofis bahwa setiap orang yang hendak menghadap
kepada Allah (Tuhan) harus merendahkan diri dihadapan-Nya. Di puncak
atap ditutup dengan terakota yang disebut tepak atau pasu.
Sejarah
Sejarah
pendirian masjid tidak diketahui dengan pasti, namun menurut cerita
dalam Babad Lombok, masjid didirikan sekitar abad XVI bersamaan dengan
perkembangan agama Islam di Lombok yang dikembangkan oleh Sunan Prapen,
putra Sunan Giri dari Gresik.
0 komentar:
Posting Komentar