Senin, 01 Desember 2014

Orang Beragama atau Orang Baik?

Mengapa Indonesia yang penduduknya dikenal taat beragama juga dikenal sebagai salah satu negara terkorup di dunia?
Mengapa sering kita dengar guru agama yang memerkosa murid-muridnya? 
Mengapa ada pejabat yang hafal seluruh isi kitab suci tapi dipenjara karena kasus korupsi?
Mengapa banyak orang menyerang orang lain atas nama agama?
Mengapa agama sering gagal membuat orang menjadi baik?

Rentetan pertanyaan itu menggiring saya pada kesadaran baru, betapa anggapan kita selama ini tentang agama dan para pemeluknya bisa jadi salah. Secara umum kita sering beranggapan bahwa orang yang beragama adalah orang baik. Tapi menurut saya itu hanya teori.

Fakta di lapangan sering menunjukkan hal berbeda. Dua fenomena menarik adalah ternyata orang beragama tidak selalu baik dan ternyata orang baik itu tidak selalu beragama.

Empat alasan yang membuat kenapa orang beragama gagal menjadi orang baik:
1. Agama sering dianggap sebagai kewajiban.
2. Agama sering diajarkan dengan rasa takut.
3. Agama sering menggunakan pendekatan surga dan neraka yang bagi manusia kebanyakan terasa amat lama (kuno-red.)
4. Agama sering hanya dipahami semata-mata dari aspek ritual.

Esensi agama adalah kasih. Itulah keyakinan saya. Bukankah dalam ajaran agama apa pun selalu dikatakan: "Belum beriman seseorang sebelum ia mengasihi orang lain sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri." Bagi saya kata-kata ini sangat luar biasa. Bagaimana tidak, beriman kepada Tuhan sampai disejajarkan dengan mengasihi orang lain, bahkan mengasihi orang lain ini menjadi kunci agar seseorang bisa dikatakan beriman kepada Tuhan.

Melalui tulisan ini saya sama sekali tidak mempromosikan bahwa kita tak perlu beragama. Saya hanya ingin mengajak Anda untuk berpikir mengapa agama sering gagal dalam mengubah perilaku orang menjadi lebih baik.

Di luar dua tipe manusia yang disebut di atas - orang beragama yang tidak baik dan orang baik yang tidak beragama - masih ada dua tipe manusia lain: orang yang tidak beragama sekaligus tidak baik. Orang seperti ini tentu saja tidak perlu kita diskusikan; serta orang yang beragama dan baik budinya. Ini tentu saja tipe ideal kita.

Orang yang baik dan beragama adalah
- Orang yang selalu segar dan menikmati hidup, karena mereka senantiasa memperoleh energi dari Tuhan.

- Mereka tak pernah berputus asa, karena keyakinan bahwa dalam masalah sesulit apa pun Tuhan selalu ada bersama mereka.

- Tak takut pada kematian, karena mereka percaya kematian bukanlah akhir, justru merupakan awal dari kehidupan baru.

- Senantiasa memiliki kerinduan akan Tuhan, sesuatu yang bisa mereka rasakan tetapi tak dapat mereka lihat. Kenikmatan tertinggi di surga berbeda dengan kenikmatan fisik kita di dunia. Kenikmatan tertinggi justru akan didapatkan ketika kita bertemu dengan kekasih kita, yaitu Tuhan.

0 komentar:

Posting Komentar