Jaman dahulu kala para pertapa pergi ke hutan untuk
mengheningkan pikirannya, membersihkan hatinya dengan tujuan untuk
mencapai kesadaraan diri. Di jaman sekarang para pertapa menyamar di
dalam masyarakat menjadi manusia biasa. Ketika dulu di dalam hutan
godaannya adalah serangga, binatang dan dinginnya malam, kini di dalam
masyarakat godaannya justru lebih hebat dan lebih kuat. Oleh karenanya
pencapaian seorang yogi dalam jubah manusia biasa mampu menciptakan
lompatan kesadaran yang lebih tinggi melampaui pencapaian seorang
pertapa di dalam hutan.
Bagaimana seorang yogi di dalam hidupnya di masyarakat mampu untuk senantiasa mengingat Tuhan di tengah hiruk pikuknya dunia, memiliki hati yang bersih dan tulus di tengah kekotoran dan ketamakan dunia, niat yang jujur di tengah kebohongan dan ketidak jujuran, senantiasa bersyukur dan berterima kasih di tengah segala cobaan dan rintangan, tidak menghakimi apapun dan siapapun ketika bertemu seseorang, rendah hati dalam melakukan setiap tindakan dan perbuatan termasuk menyembunyikan semua perbuatan baik yang pernah dilakukan.
Seorang yogi harus mampu menghilangkan rasa iri hati di dalam dirinya supaya mencapai suatu keadaan hati yang bersih. Ketika melihat orang lain kaya raya dan memperoleh kesuksesan, itu artinya dia sedang menuai kumpulan karma kebaikan yang pernah dilakukannya di masa lalu. Seorang yang kaya raya bila disertai dengan kebijaksanaan akan menggunaan kekayaannya itu untuk berbuat sosial dan berbagi kepada masyarakat. Karena ia menyadari bahwa saat itu ia sedang menuai, dan untuk memberi manfaat lagi maka ia harus menanam. Begitu juga yang sedang dilakukan olehmu saat ini wahai para yogi adalah proses menanam dan menuai.
Bila ada yang sedang menyakitimu, memfitnahmu dengan kata-kata yang buruk, mempermalukanmu di depan umum, terimalah itu semua dengan lapang dada. Itupun juga merupakan proses menuai. Dalam hidup kita sudah banyak sekali melakukan kesalahan, dan ketika kumpulan karma buruk itu sudah matang,maka petiklah buah itu dengan kesadaran. Energi negatif yang dipancarkan orang lain untukmu, transformasikanlah dengan kesadaranmu menjadi energi positif. Jadikanlah ia bahan pupuk yang memperkuat tanah dan ladang jiwamu sehingga apa yang kemudian hari kamu tanam di dalam ladang jiwamu itu dapat bertumbuh menjadi pohon yang rindang dan subur.
Berlatihlah di dalam kehidupan ini dengan sungguh-sungguh wahai para yogi. Temukanlah apa yang menjadi tujuan kelahiranmu. Bersihkanlah hatimu dan jagalah pikiranmu. Perhatikanlah setiap tutur katamu dengan baik, jagalah semua hal yang keluar dari mulutmu. Dari setiap kata-katamu memiliki kekuatan entah itu kekuatan untuk menyembuhkan ataupun kekuatan yang dapat mengundang kematian.
Dalam setiap perbuatan dan tindakan, hindarkanlah keinginan untuk dipuji ataupun dihormati. Jangan melakukan sesuatu karena adanya dorongan dan hasrat pribadi untuk menjadi dikenal ataupun terkenal. Seorang yogi melakukan segala sesuatunya semata-mata untuk Tuhan. Lakukanlah setiap perbuatan itu dengan tulus, sehingga cukup antara dirimu dan Tuhan saja yang mengetahuinya. Sembunyikanlah berlian yang berkilau itu dibalik bajumu yang lusuh, rendah hatilah di dalam masyarakat manusia, maka seluruh penghuni lapisan langit akan mengenalmu dan pemilik kerajaan surga menunggu kedatanganmu.
Bagaimana seorang yogi di dalam hidupnya di masyarakat mampu untuk senantiasa mengingat Tuhan di tengah hiruk pikuknya dunia, memiliki hati yang bersih dan tulus di tengah kekotoran dan ketamakan dunia, niat yang jujur di tengah kebohongan dan ketidak jujuran, senantiasa bersyukur dan berterima kasih di tengah segala cobaan dan rintangan, tidak menghakimi apapun dan siapapun ketika bertemu seseorang, rendah hati dalam melakukan setiap tindakan dan perbuatan termasuk menyembunyikan semua perbuatan baik yang pernah dilakukan.
Seorang yogi harus mampu menghilangkan rasa iri hati di dalam dirinya supaya mencapai suatu keadaan hati yang bersih. Ketika melihat orang lain kaya raya dan memperoleh kesuksesan, itu artinya dia sedang menuai kumpulan karma kebaikan yang pernah dilakukannya di masa lalu. Seorang yang kaya raya bila disertai dengan kebijaksanaan akan menggunaan kekayaannya itu untuk berbuat sosial dan berbagi kepada masyarakat. Karena ia menyadari bahwa saat itu ia sedang menuai, dan untuk memberi manfaat lagi maka ia harus menanam. Begitu juga yang sedang dilakukan olehmu saat ini wahai para yogi adalah proses menanam dan menuai.
Bila ada yang sedang menyakitimu, memfitnahmu dengan kata-kata yang buruk, mempermalukanmu di depan umum, terimalah itu semua dengan lapang dada. Itupun juga merupakan proses menuai. Dalam hidup kita sudah banyak sekali melakukan kesalahan, dan ketika kumpulan karma buruk itu sudah matang,maka petiklah buah itu dengan kesadaran. Energi negatif yang dipancarkan orang lain untukmu, transformasikanlah dengan kesadaranmu menjadi energi positif. Jadikanlah ia bahan pupuk yang memperkuat tanah dan ladang jiwamu sehingga apa yang kemudian hari kamu tanam di dalam ladang jiwamu itu dapat bertumbuh menjadi pohon yang rindang dan subur.
Berlatihlah di dalam kehidupan ini dengan sungguh-sungguh wahai para yogi. Temukanlah apa yang menjadi tujuan kelahiranmu. Bersihkanlah hatimu dan jagalah pikiranmu. Perhatikanlah setiap tutur katamu dengan baik, jagalah semua hal yang keluar dari mulutmu. Dari setiap kata-katamu memiliki kekuatan entah itu kekuatan untuk menyembuhkan ataupun kekuatan yang dapat mengundang kematian.
Dalam setiap perbuatan dan tindakan, hindarkanlah keinginan untuk dipuji ataupun dihormati. Jangan melakukan sesuatu karena adanya dorongan dan hasrat pribadi untuk menjadi dikenal ataupun terkenal. Seorang yogi melakukan segala sesuatunya semata-mata untuk Tuhan. Lakukanlah setiap perbuatan itu dengan tulus, sehingga cukup antara dirimu dan Tuhan saja yang mengetahuinya. Sembunyikanlah berlian yang berkilau itu dibalik bajumu yang lusuh, rendah hatilah di dalam masyarakat manusia, maka seluruh penghuni lapisan langit akan mengenalmu dan pemilik kerajaan surga menunggu kedatanganmu.
0 komentar:
Posting Komentar