Suku
Batin berdiam di sekitar Pegunungan Bukit Barisan, Kabupaten Sarolangun
Bangko dan Bungo Tebo, Propinsi Jambi. Wilayah tempat tinggal orang
Batin meliputi Kecamatan Jangkat, Muara Siau, Bangko, Tabir, dan Muara
Bungo. Selain suku Batin, wilayah Jambi juga sudah lama didiami oleh
suku-suku lain, yaitu suku Kubu, suku Melayu Jambi dan suku Kerinci.
Masyarakat
Batin mulai menempati tempat-tempat tersebut diperkirakan sekitar abad
pertama Masehi. Ada dua pendapat mengenai asal usul dari suku Batin,
yaitu ada yang mengatakan berasal dari suku Kerinici. Pendapat pertama
didasarkan pada cerita rakyat setempat, nenek moyang orang Batin adalah
suku bangsa Kerinci yang pindah dari kaki Gunung Kerinci ke daerah
tempat tinggal mereka saat ini.
Ada
juga yang berpendapat dari suku Minangkabau. Pendapat ini didasarkan
pada beberapa hal, di antaranya adalah dari segi aksen, logat dan
kemiripan kata dalam bahasa ketiga suku tersebut. Masyarakat Batin
termasuk dalam ketegori proto-Melayu. Kebudayaan Minangkabau sangat
mempengaruhi suku Kerinci ke daerah tempat tinggal mereka. Kebudayaan
Minangkabau yang sangat mempengaruhi suku Kerinci tersebut, juga
terlihat pada kehidupan orang Batin.
Kebudayaan
orang Batin merupakan perpaduan unsur-unsur kebudayaan Minangkabau dan
Melayu Jambi. Misalnya, dalam hal berbahasa dan sistem kekerabatan.
Bahasa batin termasuk bagian dari bahasa Melayu Jambi, tetapi dialek
bahasa Batin banyak dipengaruhi oleh bahasa Minangkabau.
Sistem
kekerabatan orang Batin adalah matrilineal (garis keturunan ditarik
dari pihak ibu). Dalam kehidupan sehari-hari, orang Batin lebih dekat
dengan kerabat pihak ibu daripada kerabat pihak ayah. Tetapi laki-laki
tetap berperan sebagai kepala keluarga dalam rumah tangganya. Di samping
sistem pendidikan umum yang dijalankan di sekolah-sekolah, juga
terdapat pendidikan dari madrasah-madrasah.
Sebuah
dusun dihuni oleh sejumlah keluarga luas yang disebut piak. Setiap piak
dikepalai oleh seorang ninik mamak. Pemimpin dusun yang bergelar rio
diangkat berdasarkan hasil musyawarah dari seluruh ninik mamak. Dalam
menjalankan kepemimpinannya, rio didampingi oleh para ninik mamak.
Dengan demikian, segala keputusan rio haruslah diambil dengan
persetujuan para ninik mamak dari piak yang ada di dusun tersebut.
Suku
Batin memiliki ciri khas dalam mendirikan bangunan tempat tinggal
mereka. Persiapan pembangunan sebuah rumah baru dimulai pada saat
lahirnya seorang puteri dalam keluarga tersebut. Rumah tersebut biasanya
berbentuk bangsal dengan ukuran 9 x12 m dan biasanya juga dilengkapi
dengan tempat penyimpanan hasil panen dan barang-barang pusaka. Bangunan
itu biasanya dipenuhi dengan ukiran-ukiran dari kayu yang bermotifkan
tumbuh-tumbuhan dan binatang. Bangunan tempat tinggal suku Batin disebut
dengan istilah Kajang Lako.
Hampir
seluruh suku Batin memeluk agama Islam. Tetapi sebagian dari mereka
masih memegang kepercayaan animisme, sihir dan berhala. Contohnya,
wilayah Serampas merupakan tempat tinggal dari orang-orang yang memiliki
sihir. Di sana ditemukan dua makam sakral dari dua wanita legenda yaitu
Si Mata Empat dan Si Pahit Lidah. Kedua wanita ini dipercaya mewariskan
kemampuan sihir atau supranatural mereka pada suku Batin.
Orang
Batin suka hidup berpindah-pindah dan berjiwa gotong royong. Sifat
gotong royong yang sangat menonjol juga terlihat di antara dua kampung
yang berbeda. Hubungan antara kepala kampung yang satu dengan lainnya
sangat baik.
Ada
lima mata pencaharian utama suku Batin, yaitu bertani, berkebun,
mengumpulkan hasil hutan, mendulang emas dan sebagai nelayan. Suku Batin
bercocok tanam di ladang yang disebut dengan umo talang. Umo talang
merupakan ladang yang dibuat di dalam hutan besar. Lokasi hutan yang
dijadikan ladang jauh dari pedesaan, serta tidak terletak di pinggiran
sungai. Ladang tersebut kemudian ditanami padi, palawija, karet dan
kopi, di samping juga ditanami tanaman selingan. Lalu ladang yang sudah
ditanami ditinggalkan.
Setelah
itu ladang mereka akan tumbuh dan hidup berbagai macam tanaman keras,
sehingga umo talang akan menjelma menjadi kebun karet, kebun durian, dan
lainnya. Pada intinya, predikat kebun ditentukan oleh jenis tanaman
utama yang hidup di atas sebidang tanah.
0 komentar:
Posting Komentar