Jumat, 12 Desember 2014

Hasaya atau Lolotan, Alat Tenun Tertua di Angkola

tenun angkola_1395130173.jpg
Hasaya atau lolotan merupakan alat tenun tradisional masyarakat Angkola, Tapanuli Selatan. Alat ini merupakan alat tenun yang tergolong paling tua di Angkola karena berkembang paling awal. Dalam pengerjaannya lebih mengutamakan tenaga tangan.
Hasaya atau lolotan juga dikaitkan dengan adat perwakinan Tapanuli. Yakni ketika pengantin perempuan datang ke pihak suami, maka diberikan kepadanya sebuah lolotan sebagai bekal membina rumah tangga. Dengan demikian diharapkan agar rumah tangga mereka abadi seperti lolotan, tahan lama dan kekal sampai meninggal di tempat suaminya. 
Alat tenun ini merupakan alat tenun sederhana. Terbuat dari kayu, bambu atau batang riman, dan pelepah enau. Sebagai alat pengikat menggunakan rotan, tali ijak, atau plastik. Semua bahan, peralatan, dan perlengkapan untuk membuatnya dapat diperoleh di sekitar kawasan permukiman pengrajin. Sehingga mudah dibuat oleh kaum laki-laki setempat. 
Hasaya atau lolotan ini merupakan alat utama dalam bertenun. Alat tenun tersebut terdiri dari beberapa bagian, yakni pamapam, pambibir, balobas, guyung sijobang, guyun tupal, guyun raya, guyun lok-lok, simbolan, tipak, pagabe, pamunggung, dan tadokan. Adapun alat bantu yang dipakai sebelum proses penenunan berlangsung diantaranya adalah pangunggasan, ulkulan, hasoli, dan aniyan. 
Pada masa Kolonial Belanda, kegiatan bertenun masih menggunakan lolotan. Saat itu, bertenun juga tidak hanya sebatas kalangan bangsawan dan kerajaan. Karena masyarakat umum juga sudah diberikan kebebasan untuk bertenun. Namun tenun yang dihasilkan masih berupa kain adat abit godang dan parompa sadun.

0 komentar:

Posting Komentar