Kamis, 11 Desember 2014

Lumbung Padi ala Tana Toraja


Alang (Lumbung Padi) Tana Toraja

Masyarakat Tana Toraja menyimpan padi di sebuah lumbung atau tempat menyimpan padi yang disebut Alang. Padi merupakan makanan utama yang diyakini memiliki roh sehingga memerlukan pemeliharaan yang khusus, demikian pula dengan tempat penyimpanannya.
Menurut keyakinan “Aluk Todolu”, padi memiliki roh sehingga tidak dapat dicampur dengan bahan makanan lain. Padi diyakini sebagai tanaman makanan yang dijaga oleh dewa pemelihara padi (diata diata pare). Padi juga digunakan untuk sajian pada sesuatu yang dipuja dan disembah. Padi tidak dapat disimpan di rumah tinggal karena dianggap rumah adalah tempat yang tidak bersih, sehingga dibangunlah Alang (lumbung padi).
Tempat menyimpan padi yang berbentuk sebuah rumah disebut ‘Alang Palipu’. Alang Palipu didirikan dengan tiang yang agak tinggi untuk menghindari gangguan binatang dan serangga yang dapat merusak keranjang padi. Alang pun bisa menjadi tempat menerima tamu, disebut Alang Lemba.
Bangunan Alang kemudian mengalami perkembangan bentuk, bahan dan fungsi. Sebagai contoh, pemilihan kayu nibung sebagai bahan Alang yang kuat dan tahan lama. Ujung pinggir atap pada bagian depan dan belakangnya dibuat menjulang tinggi seperti atap tongkonan sehingga padi yang disimpan tidak terpercik air hujan. Alang pun dihias dan dimanfaatkan untuk tempat tinggal sementara bagi keluarga jika mengadakan upacara, disebut Alang Pollo ‘Seba.
Perkembangan fungsi Alan cukup beragam, yaitu tahap Alang Palipu dan Alang Lemba yaitu fungsi Alang untuk tempat menyimpan padi, kemudian Alang Palimbung yang difungsikan sebagai tempat menerima tamu dan Alang Pollo ‘Seba yang juga digunakan sebagai tempat pertemuan dan musyawarah.
Penempatan Alang selalu berada di depan atau berhadapan dengan tongkonan, merefleksikan keagungan dan martabat keluarga yang menempati tongkonan. Tata letak ini merupakan ciri khas masyarakat Tana Toraja.

0 komentar:

Posting Komentar