Di dalam kompleks Keraton Yogyakarta dibuat empat museum, yaitu Museum Batik, Museum Lukisan, Museum Kristal, dan Museum Sultan Hamengkubuwana IX.
Keempat museum ini menyatu dengan bangunan-bangunan lain di dalam
keratin dan menjadi bagian dari rute kunjungan wisatawan. Museum Keraton
Yogyakarta ini benar-benar unik dan tidak ada duanya karena letaknya
berada di dalam kompleks keraton yang disitu terdapat para abdi dalem
keratin, lengkap dengan pakaian Jawa mereka yang piawai memainkan
gamelan. Lantunan musik gamelan yang dapat disaksikan dan dinikmati
pengunjung tiap hari Senin dan Kamis.
Museum Batik menempati dua unit bangunan. Bangunan Museum Batik Unit 1 berisi koleksi kain, selendang, semekan, destar, surjan dan lonthong pemberian dari keluarga kerajaan. Koleksi batik di ruangan ini didominasi warna cokelat dan motif parang. Konon, batik motif parang adalah motif khas keluarga kerajaan. Batik motif Parang Barong
yang merupakan busana penobatan Sultan Hamengkubuwana VIII tahun 1921
merupakan salah satu koleksi adiluhung yang ditampilkan di ruangan ini.
Adapula busana harian Sultan Hamengkubuwana IX bermotif Parang Rusak Cohong dan destar motif Parang Kestubo. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah batik motif Kawung Kotak Gringsing Wayang milik dan karya KRAy Retno Wilanten Hamengkubuwana VIII (selir Sultan Hamengkubuwana VIII).
Berbeda
dengan unit 1, Museum Batik Unit 2 berisi foto-foto anak dan cucu
Sultan Hamengkubuwana IX saat melangsungkan upacara pernikahan, upacara mitoni, tedhak siten, khitanan dan upacara tetesan. Selain ditampilkan foto, di Museum Unit 2 ditampilkan pula pakaian batik yang dipakai dalam foto.
Museum
lukisan di dalam kompleks keratin juga terdiri atas dua bangunan. Pada
bangunan pertama, dipamerkan lukisan silsilah raja-raja yang dimulai
dari Hamengkubuwana I. Silsilah digambarkan dalam bentuk pohon dengan
buah yang melambangkan anak laki-laki dan daun yang melambangkan anak
perempuan.
Koleksi
adiluhung museum ini dipamerkan di bangunan kedua yang dulu berfungsi
sebagai rumah putra mahkota. Lukisan yang dimaksud adalah potret Sultan
Hamengkubuwana VII, yang dilukis oleh Raden Saleh pada tahun 1868.
Lukisan-lukisan ini sangat bergaya Eropa. Lukisan Sultan Hamengkubuwana
VI menampilkan sang raja yang mengenakan pakaian Jawa dengan batik motif
parang, sedangkan lukisan Sultan Hamengkubuwana VII mengenakan busana
keprajuritan lengkap.
Barang-barang, seperti vas bunga, guci, jam, set perlengkapan makan/minum, dan lampu yang terbuat dari perak, porcelain
serta Kristal milik raja, dipamerkan di ruang Museum Kristal.
Benda-benda ini kebanyakan berasal dari luar negeri. Koleksi paling unik
adalah jam dinding dari keramik yang angka-angkanya dituliskan dalam
huruf Jawa.
Selain
itu, kisah hidup Sultan Hamengkubuwana IX diabadikan dalam museum
tersendiri yang terdiri atas empat ruangan. Koleksi paling penting di
ruangan ke-1 adalah Piagam penetapan dari Soekarno mengenai Yogyakarta
sebagai bagian dari RI, juga amanat Sultan yang menyebutkan bahwa
Yogyakarta adalah Daerah Istimewa RI. Di ruangan ke-2 menampilkan
foto-foto dan benda-benda peninggalan Sultan saat beliau masih kecil. Di
ruangan ke-3, ditampilkan foto-foto dan benda-benda peninggalan beliau
sebagai pejuang, gubernur dan wakil presiden RI. Koleksi adiluhung bagi
museum ini adalah lukisan penobatan beliau sebagai Sultan Hamengkubuwana
IX lengkap dengan seluruh perangkat alat-alat upacara saat penobatan.
Cerita mengenai kisah hidup Sultan Hamengkubuwana IX di museum diakhiri
dengan foto saat pemakamannya tahun 1988 dan denah keletakan makam
beliau di Imogiri (ruangan ke-4).
Sumber: Yulianto, Kresno, dkk. 2013. Museum Tematik di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.
0 komentar:
Posting Komentar