Merupakan
masjid tertua dan terbesar di Bingkudu yang berdiri pada ketinggian
1050 meter di atas permukaan laut. Terletak diantara bukit dan pepohan,
memberikan suasana asri di sekitar masjid. Selain itu, tanah tempat
berdirinya masjid juga lebih rendah dari bangunan di sekitarnya. Secara
administratif, masjid masuk ke dalam wilayah Jorong Bingkudu, Nagari
Canduang Koto Laweh, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Masjid Raya Bingkudu diperkirakan berdiri tahun 1823 dan diprakarsai
oleh Inyik Lareh Candung gelar Inyik Lareh Basa (H. Salam). Pembangunan
masjid juga merupakan hasil kesepakatan empat delegasi yang mewakili
daerah sekitar Bingkudu.
Pemugaran
pernah dilakukan beberapa kali, dimana pemugaran pertama dilakukan oleh
masyarakat setempat pada tahun 1957 berupa penggantian atap ijuk
menjadi atap seng. Kemudian pada tahun anggaran 1991/1992 pemugaran
dilakukan oleh Proyek Pelestarian dan Pemanfaatan Peninggalan Sejarah
dan Purbakala Sumatera Barat. Pemugaran yang dilakukan adalah
pembongkaran dan pemasangan kembali atap, plafon rangka atap, jendela,
menara, dan tangga menara. Pemugaran dilanjutkan dengan pemugaran sebuah
makam dan tempat wudhu, mimbar, mihrab, kolam, pemasangan penangkal
petir pada menara, penataan lingkungan, pengecetan, dan pembuatan pintu
gerbang.
Masjid
Raya Bingkudu memilki denah persegi dan terbuat dari kayu. Bentuk
bangunan berupa panggung dengan tinggi kolong 1,5 meter. Sedangkan
tinggi bangunan dari permukaan tanah sampai puncak mencapai19 meter.
Atap bangunan berbentuk tumpang tiga berbahan ijuk. Untuk memasuki areal
masjid, pintu masuknya berada di sebelah timur. Areal masjid terdiri
dari bangunan induk, menara, dan tempat wudhu.
Ruang
utama berdenah persegi dengan pintu masuk di sisi timur ruangan.
Dinding dan lantai terbuat dari papan, begitupula dengan tiang dalam
ruangan yang terbuat dari kayu. Di dalam ruang utama berdiri 53 buah
tiang kayu berbentuk segi dua belas dan segi enam belas. Selain itu,
tepat di bagian tengah ruangan berdiri tonggak macu yang berbentuk segi
enam belas. Pada tiang-tiang tersebut terpasang beberapa buah lampu
dinding kuno, sementara di tengah ruangan dipasang sebuah lampu gantung
kuno. Hiasan yang dapat dilihat pada bagian atas tiang dan pada balok
pengikat antara tiang merupakan hiasan khas Masjid Raya Bingkudu.
Di
sisi barat ruang utama terdapat mihrab yang menjorok keluar sebagaimana
masjid pada umumnya. Akan tetapi, tidak ditemui mimbar di dalamnya.
Mimbar terletak di bagian depan mihrab dan terbuat dari kayu dengan
bentuk ‘L’. Hiasan keemasan yang ditemui pada bagian mimbar merupakan
hiasan yang dibuat pada tahun 1906. Sedangkan bagian mahkota mimbar
terdapat ukiran kaligrafi yang bagian atasnya ditemui tulisan angka 1316
H (1906 M). Mihrab memiliki tangga naik yang menghadap ke depan dan
tangga turun yang menghadap ke samping. Pada sisi kiri dan kanan tangga
dapat ditemui pipi tangga yang dihiasi ukiran motif sulur-suluran.
Adapun di bagian depan ruang utama dapat ditemui teras yang di dalamnya
terdapat bedug yang terbuat dari kayu kelapa. Teras tersebut
menghubungkan ruang utama dan menara.
Menara
terletak di bagian depan masjid dan didirikan pada tahun 1957. Bangunan
menara berbentuk segi delapan dengan atap berbentuk kubah. Menara yang
ada sekarang merupakan menara pengganti yang sebelumnya terpisah di
sebelah utara bangunan utama. Tinggi menara sekarang mencapai 11 meter.
Di bagian tengahnya terdapat tiang utama yang dikelilingi 21 anak tangga
yang memutar ke arah kiri. Sedangkan menara lama memiliki 100 anak
tangga. Karena menara tersebut disambar petir, maka bangunan dipotong
dan dinamai menara bulat yang difungsikan sebagai rumah garin masjid
juga tempat musyawarah. Akan tetapi, sekarang fungsi menara bulat sudah
berganti menjadi tempat penyimpanan barang serupa gudang. Di sebelah
barat dan selatan masjid terdapat kolam, dimana di bagian selatan
dilengkapi dengan tempat wudhu. Adapun makam yang ada di masjid adalah
makam Syekh Ahmad Taher (1962), yakni seorang ulama berpengaruh di
daerah Bingkudu.
0 komentar:
Posting Komentar