Di Samarinda Seberang ada sebuah kampung yang bernama “Kampung Mesjid”. Kata “Mesjid” pada nama kampung ini memang merujuk pada sebuah masjid yang sudah berdiri ditengah kampung tersebut sejak abad ke 19. Masjid tersebut merupakan masjid tertua di kota Samarinda dibangun pada tahun 1881 dengan nama Masjid Jami’ dan sejak tahun 1960 namanya berganti menjadi Masjid Shirothal Mustaqim.
Masjid
Shirotal Mustaqim terletak di Jalan Pangeran Bendahara, Kelurahan
Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda, propinsi
Kalimantan Timur. Untuk mencapainya dari pusat kota Samarinda, harus
menyeberangi sungai Mahakam melalui Jembatan Mahakam.
Desa
Kampung Masjid tidak jauh dari Sungai Mahakam. Didepan masjid berdiri
Madrasah Tsanawiyah. Bangunan masjid terbuat dari kayu dan beratap seng
berdiri di atas lahan yang berukuran 47,40 x 123,30 m dan berdenah bujur
sangkar dengan ukuran 20 x 21 m. Tinggi bangunan masjid sampai bagian
puncaknya 17 m dan berkolong. Masjid memiliki serambi di sebelah timur
(depan), dan ruang utama.
Untuk
masuk ke serambi dapat melalui pintu-pintu di sebelah timur, selatan,
dan utara. Pintu ini mempunyai dua buah daun pintu yang besar dari kayu
dan di cat warna hijau, dengan kunci dan engsel pintu terbuat dari kayu
pula. Ukuran tinggi pintu 2,50 m dan lebar 2 m.
Pada
awalnya, bangunan masjid mempunyai sebuah teras/serambi di bagian timur
yang ditopang dengan delapan buah tiang berbentuk segi empat. Kemudian
tahun 1984 diadakan perluasan dengan menambah serambi baru pada bagian
sebelah selatan dan utaranya, serta membuat pagar sekeliling serambi.
Pagarnya setinggi 90 cm.
Ruang
utama mempunyai dinding dari kayu dan jendela berbentuk persegi panjang
16 buah dengan dua buah daun jendela. Ukuran jendela 170 x 125 m dan
pada bagian kusen jendela dipasang teralis dari kayu berbentuk bulat
sebanyak tujuh buah teralis. Di dalam ruang utama berdiri empat buah
tiang utama segi delapan yang semakin ke atas semakin kecil. Tinggi
tiang 15 m berdiameter 60 cm bagian bawah dan bagian atapnya 30 cm.
Tiang-tiang utama befungsi sebagai pendukung atap teratas, sekaligus
sebuah pegangan seluruh struktur konstruksi bangunan. Selain itu,
terdapat pula tiang-tiang penopang persegi empat berjumlah 12 buah tiang
dan berfungsi sebagai pendukung konstruksi atap kedua. Tinggi tiang ini
sekitar 10 m dan berdiameter 30 cm. Tiang-tiang lainnya yaitu berjumlah
22 tiang yang merupakan deretan tiang paling luar yang berfungsi
sebagai pegangan konstruksi dinding disamping 12 tiang pendukung atap ke
tiga atau atap terbawah.
Di
dalam ruang utama terdapat mihrab dan mimbar. Mihrab terletak di bagian
tengah di belakang masjid yang berbentuk penampil. Penampil ini
berukuran 4,30 x 2 m. Pada bagian atas mihrab terdapat hiasan ukiran
suluran dan tulisan Arab (kaligrafi) serta angka tahun peresmian masjid
ukiran bercat warna emas. Di sebelah kanan mihrab agak bergeser ke utara
terdapat sebuah mimbar yang indah, berukuran 1 x 2,50 m dan tinggi 3 m.
Mimbar diukir dengan hiasan daun dan bunga yang berbentuk salur –salur
pada bagian dindingnya, dan pada bagian atas depan mimbar terdapat
tulisan Arab (kaligrafi) serta angka tahun peresmian masjid (1311 H).
Atap
masjid terdiri atas tiga tingkatan. Pada bagian atatp kedua terdapat
jendela-jendela kaca berbentuk persegi empat panjang sebanyak 12
jendela. Pada bagian atap ketiga (puncak atap) terdapat pula 12 jendela
kaca yang terdiri atas empat buah jendela kaca berbentuk persegi empat
dari delapan buah jendela kaca berbentuk bulat. Pada puncak atapnya
berbentuk limas an yang mempunyai hiasan bulan bintang sebagai
mahkotanya dan kelopak simbar di setiap sudut atapnya empat buah. Simbar
ini berbentuk ukiran salur-salur daun dan bunga.
Sebagai
pelengkap, masjid ini memiliki menara yang terbuat dari kayu. Pada awal
berdirinya masjid ini tidak mempunyai menara. Masjid baru dibangun
setelah sepuluh tahun kemudian yaitu tahun 1902 oleh orang Belanda
bernama Henry Dasen yang telah masuk agama Islam. Letak menara di sudut
timur laut masjid.
Bentuk
menara segi delapan dengan ketinggina dari permukaan tanah hingga
puncak atap sekitar 21 m dan bertingkat empat, masing-masing tingkat
dihubungkan dengan tangga naik. Atap menara berbentuk limasan atau
kerucut (segi delapan) sehingga seperti paying terbuka. Pada puncaknya
terdapat mahkota yang dihiasi dengan bulan bintang dan panah petunjuk
arah mata angin yang dibuat dari logam.
Berdasarkan
informasi dari masyarakat Masjid Shirotol Mustaqim dibangun oleh
Pangeran Bendahara bersama masyarakat muslim selama sepuluh tahun dan
diresmikan pada tanggal 27 Rajab 1311 Hijriyah atau 1891 Masehi. Angka
tahun peresmian dipahatkan pada hiasan di atas ruang mihrab dan mimbar.
Adapun
Pangeran Bendahara adalah nama gelar yang diberikan kepada Said
Abdurrahman bin Assegaf oleh Sultai Kutai Aji Muhammad Sulaiman, pada
waktu diangkat menjadi Kepala Adat di Kawasan Samarinda Seberang pada
tahun 1880. Pangeran Bendahara adalah seorang bangsawan kelahiran
Pontianak dan merupakan seorang muslim yang taat dan sekaligus sebagai
penyebar agama Islam. Pada tahun 1984 dibangun penambahan pada serambi
sebelah utara dan tahun 1979 menara diperbaiki oleh masyarakat.
Masjid
ini kini menjadi salah satu tempat wisata religi pavorit di kota
Samarinda. Ramai dikunjungi oleh berbagai kalangan. Bahkan menurut
penuturan pengurus masjid Shirothal Mustaqim, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) pernah menyempatkan diri singgah ke masjid ini untuk
Salat Subuh bersama dengan warga Samarinda Seberang dalam sebuah
lawatannya ke Samarinda.
Di
bulan September 2003, Masjid Shirothal Mustaqim Samarinda ini meraih
anugerah sebagai peserta terbaik ke-dua di Festival Masjid Masjid
Bersejarah Se-Indonesia yang diselenggarakan oleh Dewan Masjid
Indonesia. Selain itu, Masjid Shirothal Mustaqim termasuk sebagai
bangunan cagar budaya di kota Samarinda yang dilindungi UU No 5 tahun
1992.
Masjid
Shirothal Mustaqim pernah menjalani perbaikan perbaikan ringan dan
penambahan fasilitas penunjang. Berturut pembangunan masjid dilakukan
tahun 1970, 1989 dan terahir tahun 2001 oleh Wali Kota Samarinda Achmad
Amins, tanpa merubah bentuk tapi menambah fasilitas prasarana masjid
misalkan tempat wudhu, rumah kaum, perpustakaan, sekretariat Irma dan
taman masjid.
Pada
bulan Desember 2011, Ishak Ismail, Humas Masjid Sirathal Mustaqim
mengungkapkan kepada publik bahwa hasil penelusuran yang dilakukan
didapatkan bukti bahwa masjid Shirothal Mustaqim pada awalnya berdirinya
hingga tahun 1960 bernama Masjid Jami. Nama Shirotal Mustaqim mulai
disandang masjid ini sejak tahun 1960 setelah datangnya ulama dari
Banjarmasin bernama KH Samuri Arsyad yang aktif mengajar di masjid ini.
Perubahan nama masjid itu diawali beberapa musyawarah yang dilakukan KH
Samsuri Arsyad bersama beberapa tokoh warga dan imam masjid. Setelah
meminta petunjuk pada Allah SWT, akhirnya masjid itu berubah nama
menjadi Masjid Shirothal Mustaqim hingga saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar