Di
provinsi Sumatera Barat terdapat satu suku yang memiliki banyak
kekhasan. Suku tersebut adalah suku Mentawai. Suku Mentawai terdapat di
kepulauan Mentawai yang terdiri dari pulau-pulau yaitu Siberut, Sipora,
Pagai Utara dan Pagai Selatan. Dalam beberapa pandangan tentang asal
usul masyarakat Mentawai, ada yang mengatakan bahwa masyarakat Mentawai
berada dalam garis orang polisenia. Menurut kepercayaan masyarakat
Siberut, nenek moyang masyarakat Mentawai berasal dari satu suku/uma
dari daerah Simatalu yang terletak di Pantai Barat Pulau Siberut yang
kemudian menyebar ke seluruh pulau dan terpecah menjadi beberapa
uma/suku.
Masyarakat
Mentawai memiliki pandangan hidup, nilai-nilai atau norma yang menjadi
landasan dalam praktek kehidupan sehari-hari. Pandangan hidup tersebut
berlandaskan pada ajaran Arat Sabulungan. Masyarakat Mentawai
mempercayai bahwa seluruh benda yang ada di dunia ini ada pemiliknya
terutama benda tersebut yang menyangkut alam, hutan dan lingkungan. Maka
sudah menjadi kewajiban untuk kita menjaga benda-benda tersebut.
Masyarakat Mentawai menganggap bahwa manusia dan alam sama, dalam arti
keduanya harus mendapat perlakuan yang sama. Manusia butuh makan, minum,
perhiasan, ketenagaan, keserasian dan keindahan maka alam juga
demikian.
Ajaran
Arat Sabulungan dalam masyarakat Mentawai tercermin dalam perilaku dan
sikap masyarakat yaitu suka gotong royong, masyarakat Mentawai jujur
dan pantang didustai, jika sekali mendustai dan tidak jujur terhadap
masyarakat Mentawai maka mereka tidak akan percaya seumur hidup. Dalam
hubungan sosial antara masyarakat Mentawai mereka hidup secara damai dan
tidak mengganggu satu sama lain. Kerja sama dan solidaritas di dalam
masyarakat Mentawai kuat.
Selain
itu, banyak hal pandangan hidup masyarakat Mentawai yang menjadi bagian
dari praktek kehidupan mereka. Masyarakat Mentawai mengenal ilmu gaib
yang berdasarkan dua keyakinan yaitu: Keyakinan akan adanya hubungan
gaib dengan hal-hal yang walaupun berbeda fungsinya, mirip wujud, warna,
sebutan atau bunyinya, tetapi sama. Keyakinan akan adanya kekuatan gaib
yang sakti tetapi tak berkemauan atau bajou dalam alam sekitar manusia.
Di
Mentawai juga dikenal dengan ilmu gaib protekstif yang juga sangat
penting dalam ilmu-ilmu obat-obatan dan penyembuhan penyakit secara
tradisional, maupun segala macam ilmu gaib destruktif yang disebut
dengan ilmu sihir dan guna-guna. Ada juga beberapa benda-benda keramat
seperti: amat simagere, batu kerebau buluat, orang simagere, dan
tuddukat, serta sejumlah daun-daun serta akar-akar yang berkhasiat
seperti bakkat katsaila, berfungsi sebagai jimat penolak bahaya gaib
atau sebagai benda untuk mengundang roh yang baik.
Bagi
masyarakat Mentawai, alam dan waktu adalah yang sangat berharga. Hal
itu disebabkan karena mereka hidup dari alam dan mereka bercocok tanam
untuk kebutuhan sehari-hari. Alam dijadikan tempat untuk membangun
kehidupan mereka karena mereka masih hidup berpindah-pindah. Sedangkan
waktu adalah mereka tidak mau melewatkan waktu itu. Ketika fajar, mereka
sudah siap-siap melakukan pekerjaan mereka dan pulangnya malam.
Berburupun kadang dilakukan pada malam hari.
Bekerja supaya mendapatkan hidup dalam bahasa Mentawai dikenal dengan peribahasa yaitu: masua rere, masua lolokkat (basah kaki, basah leher) yang berarti kalau bekerja, akan mendapatkan makanan, kalau berusaha maka kebutuhan akan terpenuhi.
0 komentar:
Posting Komentar