SITUS TERJAN, KABUPATEN REMBANG
Situs Terjan
secara administrasi terletak di Desa Terjan Kecamatan Kragan kabupaten
Rembang. Secara astronomis situs ini terletak pada 111ยบ 28′ 2” BT, 06⁰
39′ 5″ LS. Tepatnya di bukit Selodiri. Penelitian terhadap keberadaan
situs ini telah dilakukan oleh PUSLITARKENAS semenjak tahun 1977.
Penelitian dilanjutkan pada tahun 1981 dengan mengadakan ekskavasi di
pusat dari situs Terjan. Dari hasil ekskavasi yang menemukan kerangka
manusia dan ditambah dengan sejumlah tamuan permukaan memperkuat
kepastian bahwa Situs Terjan adalah situs Megalitik.
Temuan permukaan yang dimaksud adalah adanya tatanan kursi-kursi batu,
arca-arca kepala binatang serta penataan batu yang merupakan temu gelang
(Laporan Penelitian Terjan dan Plawangan Jawa Tengah Tahap I dan II
dalam Berita Arkeologi tahun 1981).
Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan, tampak adanya aktivitas penambangan batu
kapur disekitar situs. Dari hasil pemantauan terdapat 4 lokasi
penambangan batu kapur, yaitu, Penambangan batu kapur di bukit sebelah
timur. Penambangan batu kapur pada bukit ini menggunakan peralatan berat
(backhoe). Letak bukit ini berkisar 1 km dari bukit Selodiri (Situs Terjan),
penambangan batu kapur di bukit sebelah selatan. Seperti halnya
penambangan pada bukit sebelah timur, penambangan pada bukit ini juga
telah menggunakan peralatan berat, Penambangan pada kaki bukit Selodiri
sisi tenggara. Penggalian batu kapur ini juga telah menggunakan
peralatan berat. Jarak penambangan jika ditarik garis lurus ke situs
berjarak kurang lebih 150 meter, Penambangan pada bukit sisi Selodiri
barat laut. Pada bukit sisi ini juga tampak adanya aktivitas penambangan
batu kapur dengan menggunakan peralatan berat. Jarak lokasi penambangan
dengan keberadaan situs Terjan berkisar 500 meter.
Bangunan
Megalitik umumnya dihubungkan dengan alam kubur yaitu untuk melindungi
perjalanan arwah yang meninggal dalam perkjalanannya (Heine Geldern,
1945). Keberadaan kursi-kursi batu yang penataannya mengarah kepusat
merupakan dihubungkan dengan tempat duduk roh nenek moyang dan erat
hubungannya dengan upacara pemujaan, seperti halnya di pulau Roti
(Perry, 1918). Sedangkan pola hias kepala arca yang menyerupai binatang
dengan penataan kearah luar dimaksudkan sebagai upaya penolak bahaya
yang akan mengancam (Soejono, 1961).
Berdasarkan
beberapa pernyataan di media masa yang menyatakan bahwa telah terjadi
kehilangan sejumlah 38 buah dan masih tertinggal 2 buah. Metode yang
dilakukan dalam upaya penelusuran berita hilangnya kursi-kursi batu
tersebut dengan cara pengecekan terhadap hasil pemetaan (penggambaran)
yang dilakukan oleh PUSLITARKENAS pada tahun 1981. Pada waktu dilakukan
peninjauan didapatkan 7 buah kursi batu yang masih insitu dan sebuah
masih diragukan kebenarannya.
Berdasarkan
hasil wawancara, bahwa semenjak tahun 1976 terdapat 7 buah kursi batu
dan hingga beliau purna tugas, jumlah kursi-kursi batu tersebut tidak
berubah. Letak kursi batu tersebut membentuk lingkaran yang terdiri dari
2 bagian yaitu bagian dalam dan bagian luar. Kursi batu nomor 1, 2, dan
3 merupakan tatanan kursi batu pada sisi dalam, sedangkan kursi batu
nomor 4, 5, 6, dan 7 merupakan tatanan kursi batu sisi luar.
Dari
hasil peninjauan diharapkan perlu klarifikasi terkait sumber informasi
yang digunakan dalam berbagai media masa yang menyebutkan adanya 40
kursi batu di situs terjan dan segera penghentian terhadap aktifitas
penambangan kapur di sekitar situs terjan yang membahayakan keberadaan
situs terjan.
0 komentar:
Posting Komentar