Masjid
Agung Surakarta terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon,
Kotamadia Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Sebagai masjid Keraton,
Masjid Agung Surakarta berada di dekat alun-alun, di tengah-tengah kota.
Sebelah utara berbatasan dengan pemukiman penduduk kampung Kauman.
Sebelah selatan terdapat Pasar Klewer. Di sebelah timur berbatasan
dengan alun-alun utara keraton Kasunanan Surakarta, sedangkan sebelah
barat terdapat pemukiman penduduk.
Deskripsi Bangunan
Masjid
Agung Surakarta merupakan suatu kompleks yang cukup luas dengan luas
keseluruhan 19.180 m² yang dipisahkan dari daerah sekitarnya oleh pagar
keliling. Seluruh kompleks tersebut dapat dibagi atas :
- Serambi
Ruangan
serambi berupa bangunan terbuka yang mempunyai lima anak tangga naik,
yaitu tiga anak tangga ada di sisi timur dan masing-masing satu anak
tangga di sisi utara dan selatan. Ruangan serambi memiliki 40 tiang dari
kayu yang berpenampang lintang bujur sangkar. Umpak tiang berupa pualam
merah tua yang dibentuk seperti piramid terpenggal.
Di
serambi ini terdapat dua buah bedug dan sebuah kentongan. Bedug yang
berada di sudut timur laut dinamai Kyai Wahyu Tenggoro. Bedug yang hanya
dipukul pada malam hari dalam bulan Ramadhan yaitu bedug yang digantung
di sudut tenggara.
- Ruang Utama
Ada
tujuh pintu masuk ke ruang utama dari serambi, yaitu tiga pintu di sisi
utara, tiga pintu di sisi selatan, dan satu pintu di tengah-tengah.
Ruang utama ditopang oleh empat sakaguru dari kayu dan 12 sakarawa
(tiang tambahan). Seperti halnya masjid-masjid lain, Masjid Agung
Surakarta juga memiliki kelengkapan yaitu mihrab dan mimbar. Mihrab
adalah tempat imam memimpin shalat, bentuknya relung setengah lingkaran
dan datar ujungnya. Mihrab masjid terdapat di sisi barat. Mimbar Masjid
Agung Surakarta dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian dasar, dudukan
dan sandaran, serta bagian atas.
- Pawestren
Pawestren
adalah tempat shalat untuk kaum wanita di dalam ruangan masjid.
Pawestren ini mempunyai satu pintu penghubung ke serambi dan satu pintu
di sisi selatan untuk menuju ke tempat wudhu wanita.
- Bangunan lain
Menara
adzan terletak di timur laut masjid, bangunan ini mempunyai corak
arsitektur menara Kutub Minor di Newe Delhi, India. Pagongan adalah
bangunan tempat gamelan pada waktu diadakan upacara sekaten yang
diadakan setahun sekali pada bulan Maulud. Upacara sekaten tersebut
dipusatkan di Masjid Agung Surakarta. Di dalam Masjid ini terdapat makam
yang letaknya di belakang masjid. Seluruhnya terdapat tujuh buah
makam, enam buah terdapat di sebelah selatan mihrab dan sebuah di
sebelah utara mihrab. Selain terdapat makam, dalam masjid ini terdapat
tugu jam istiwak. Bangunan ini berbentuk seperti tugu yang pada bagian
atasnya terdapat dua buah alat berbentuk cekungan dari tembaga untuk
menentukan waktu shalat/istiwak. Bangunan wudhu dalam masjid ini
terdapat tiga buah yang terdiri dari sebuah tempat wudhu untuk wanita
dan dua buah tempat wudhu untuk pria.
Sejarah
Masjid
Agung Surakarta atau Masjid Agung Solo, pada masa lalu merupakan Masjid
Agung Negara Keraton Surakarta Hadiningrat, segala keperluan masjid
disediakan oleh kerajaan dan masjid juga dipergunakan untuk upacara
keagamaan yang diselenggarakan kerajaan. Semua pegawai pada Masjid Agung
merupakan abdi dalem Keraton, dengan gelar dari keraton misalnya
Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (penghulu) dan Lurah
Muadzin.
Masjid
Agung dibangun oleh Sunan Paku Buwono III tahun 1763M atau 1689 tahun
Jawa dan selesai pada tahun 1768. Masjid Agung merupakan kompleks
bangunan seluas 19.180 meter persegi yang dipisahkan dari lingkungan
sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Bangunan
Masjid Agung Surakarta secara keseluruhan berupa bangunan tajug yang
beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka.
Masjid
Agung Surakarta merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan begitu
saja dari proses perkembangan sejarah Islam di Jawa umumnya dan Keraton
Surakarta Hadiningrat khususnya. Karena seperti kita ketahui bahwa
menurut tradisi Islam suatu pusat pemerintahan harus memiliki
unsur-unsur antara lain Keraton sebagai pusat pemerintahan dan tempat
tinggal raja, Masjid sebagai tempat ibadah utama dan berkumpulnya
mukmin, Alun-alun sebagai tempat rakyat bertemu dengan rajanya dan Pasar
sebagai tempat kegiatan ekonomi.
Masjid
Agung Surakarta merupakan salah satu unsur yang masih tegak dan secara
fisik masih dapat dilihat hingga kini. Berdiri megah di sebelah barat
alun alun Surakarta bersebelahan dengan pasar Klewer, Masjid Agung
Surakarta mulai didirikan oleh Raja Surakarta Paku Buwono III (PB III)
pada tahun 1785 M bertepatan dengan 1689 tahun Jawa. Namun menurut Basit
Adnan (1996:12) dan Eko Budihardjo (1989:63) masjid ini didirikan pada
tahun 1757 dengan acuan bentuk masjid Demak, tepat 12 tahun setelah
peristiwa dipindahnya Keraton Kasunanan Surakarta dari Kartasura ke
wilayah desa Sala pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwana III.
(Keraton Surakarta didirikan pada tahun 1745).
Tradisi Sekaten
Di
Masjid Agung Surakarta terdapat dua bangsal untuk menyimpan gamelan
yang dimainkan setiap Sekaten, atau perayaan kelahiran Nabi Muhammad
SAW, terutama pada tanggal 5 sampai 12 Maulud. Setiap kali Sekaten,
masyarakat akan berbondong-bondong ke masjid. Mendengar gamelan Sekaten
dimainkan, terutama zaman dulu, ibarat kegiatan wajib. Apalagi, gamelan
itu hanya dimainkan setahun sekali. Masjid ini juga menjadi pusat
penyebaran agama Islam di Surakarta. Bahkan, Sekaten merupakan bagian
dari kegiatan penyebaran agama lewat laku budaya di Surakarta.
0 komentar:
Posting Komentar