Kebanyakan
orang yang telah memiliki kepercayaan, merasa telah menemukan
kebenaran. Ada yang percaya kepada Tuhan versi Islam, Hindu, Buddha,
Kristen, Katolik, dan lainnya.
Ada yang percaya kepada Tuhan tanpa harus beragama. Ada yang percaya kepada kekuatan dewa-dewi, kekuatan roh leluhur, dan seterusnya. Ada yang merasa tidak perlu percaya kepada Tuhan, tetapi percaya kepada kekuatan sendiri, ide-ide, pengetahuan, ideologi, dan seterusnya. Kepercayaan ini begitu mengakar dalam batin orang atau masyarakat sebagai bagian dari pertahanan diri individual atau kolektif.
Ada yang percaya kepada Tuhan tanpa harus beragama. Ada yang percaya kepada kekuatan dewa-dewi, kekuatan roh leluhur, dan seterusnya. Ada yang merasa tidak perlu percaya kepada Tuhan, tetapi percaya kepada kekuatan sendiri, ide-ide, pengetahuan, ideologi, dan seterusnya. Kepercayaan ini begitu mengakar dalam batin orang atau masyarakat sebagai bagian dari pertahanan diri individual atau kolektif.
Kalau
kepercayaan seseorang atau kepercayaan kolektif diguncang atau
dipertanyakan, orang menjadi marah dan brutal. Selama orang terjebak
dalam kepercayaan sebagai kebenaran dan tidak berani keluar dari
kepercayaan yang membuat nyaman, maka arus brutalitas itu belum akan
berakhir. Kekacauan dan kekerasan terus terjadi.
Kepercayaan
sesungguhnya merintangi pemahaman akan kebenaran. Apa yang kita kenal
hanyalah kata, simbol, atau dogma tentang kebenaran. Tetapi dogma
tentang kebenaran tidak identik dengan Kebenaran Sejati. Kita mengenal
dogma tentang kebenaran, namun Kebenaran Sejati tidak ada dalam dogma
mana pun. Kebenaran dogmatis hanyalah kebenaran teori, dan kebenaran teori bukan Kebenaran Sejati.
Dogma
atau rumusan kebenaran bukannya tidak berguna. Rumusan kebenaran
berguna sebagai penunjuk kepada Kebenaran Sejati. Tetapi, untuk
menemukan Kebenaran Sejati, kepercayaan mesti ditanggalkan sepenuhnya.
Tidak peduli kepercayaan tentang Tuhan, roh kudus, roh jahat, roh
leluhur, kepercayaan kepada ideologi, dogma, atau berbagai bentuk
kepercayaan lainnya.
Secara
objektif, tidak ada kepercayaan tertentu yang lebih benar atau lebih
baik dari yang lainnya. Begitu pula, tidak ada kepercayaan tertentu yang
lebih dekat dengan Tuhan. Lewat kepercayaan, apakah Tuhan yang
sesungguhnya bisa ditemukan?
Begitu pula, berpindah dari satu kepercayaan ke kepercayaan lain, dari kepercayaan yang keliru ke kepercayaan yang benar, membuat batin hanya menemukan Tuhan sebagai objek kepercayaan. Semua kepercayaan pada kenyataannya justru menghalangi perjumpaan dengan Tuhan yang sesungguhnya.
0 komentar:
Posting Komentar