Sejarah:
Permainan Bedhil-bedhilan ada
mungkin karena terinspirasi oleh senjata yang pernah dibawa oleh
penjajah di kala itu. Anak-anak mengenal permainan yang disebut dengan
istilah bedhil-bedhilan. Dalam bahasa Indonesia bedhil-bedhilan artinya
sama dengan permainan yang menyerupai pistol-pistolan. Selain itu bisa
jadi penamaan itu diambil dari suara yang dihasilkan dari permainan
bedhil-bedhilan yang bersuara mirip pistol “dor-dor-dor”.
Permainan Bedhil-bedhilan
biasa dibuat oleh anak-anak sendiri. Anak-anak yang membuat permainan
ini biasanya berumur 9-12 tahun. Tetapi kadang-kadang dibuatkan oleh
orang dewasa, bisa orang tua maupun saudara-saudaranya yang lebih tua.
Deskripsi:
Deskripsi:
Permainan ini biasanya dimainkan oleh
anak laki-laki, walaupun kadang ada pula anak perempuan yang bermain
bedhil-bedhilan. Bahan yang sering dipakai diambil dari sekitar
lingkungan alam di sekitar rumah. Biasanya anak-anak membuat
bedhil-bedhilan dari bahan bambu yang berukuran kecil. Bahan tersebut
biasanya diambil dari ranting bambu apus atau beberapa jenis bambu
lainnya. Bambu kecil tersebut berdiameter sekitar 1-2 cm dan diambil
setiap 1 ruas. Kemudian ruas tersebut dipotong menjadi dua bagian.
Bagian bawah dengan ruas tertutup lebih pendek, sementara ruas atas
lebih panjang dan dua ujung berlubang. Biasanya dengan perbandingan
panjang 1:3. Bambu ruas pendek kemudian dimasuki potongan stik yang
berasal dari bambu pula, tetapi biasanya yang sudah kering, agar lebih
kuat. Sisa potongan stik kayu dikerut hingga kecil, sehingga bisa masuk
pada potongan bambu yang berukuran panjang. Sisa potongan stik kemudian
dipotong satu cm lebih pendek dari panjang bambu yang berukuran panjang.
Maka jadilah permainan tradisional bedhil-bedhilan.
Sementara peluru yang dipakai biasanya
bunga jambu air yang sudah rontok. Bisa yang masih kuncup atau yang
sudah mekar. Bunga jambu air itu biasa disebut cengkaruk. Bisa juga
peluru berasal dari bunga pohon mlandhing (lamtoro gung yang berukuran
kecil) yang masih kecil, belum mekar putiknya. Pohon-pohon tersebut
biasanya tumbuh di halaman atau pagar pembatas pekarangan rumah,
sehingga ketika zaman itu mudah mencarinya. Dan yang jelas semua bahan
gratis tidak usah membeli, tinggal mencari. Jika tidak ada bunga-bunga
di atas, bisa pula memakai kertas koran yang sudah dibasahi air. Tetapi
untuk peluru yang terakhir ini, sering ngadat (macet) di dalam lubang
bedhil-bedhilan, sehingga susah dikeluarkan jika terlalu padat atau
kebesaran.
Peluru-peluru yang berasal dari
bunga-bunga di atas dimasukkan satu bersatu ke bedhil-bedhilan. Peluru
pertama dipukul-pukul hingga masuk dan dibiarkan hingga ujung lubang.
Lalu peluru kedua dimasukkan lagi dengan cara sama hingga masuk di
pangkal bedhil-bedhilan. Dari pangkal inilah kemudian disodokkan dengan
keras sehingga terdengar bunyi “dor” seiring dengan peluru yang pertama
terlempar jauh ke depan. Begitu seterusnya hingga bunga-bunga cengkaruk
yang dikumpulkan habis, kemudian mencari lagi.
Permainan Bedhil-bedhilan cukup
awet, apalagi jika bahan yang dibuat sudah kering, bisa bertahan
sebulan atau lebih, asalkan tidak pecah terbanting atau keliru
memasukkan peluru yang terlalu besar. Tetapi bedhil-bedhilan yang
terbuat dari bahan yang masih basah biasanya tidak awet, kecuali sering
direndam dalam air. Jika tidak direndam, biasanya berkerut (kusut),
sehingga stik sulit dimasukkan.
Permainan bedhil-bedhilan
biasa dimainkan saat anak-anak sedang senggang, waktunya bermain. Bisa
setelah pulang sekolah atau liburan. Dimainkan secara individu atau
kelompok. Kadang-kadang dibuat dua regu yang saling berhadapan,
seolah-olah bermain tembak-tembakan beneran. Satu kelompok menyerang
kelompok lainnya, saling berkejaran.
0 komentar:
Posting Komentar